17 Warga Sicanang Belawan Terinfeksi Kusta, Pemprovsu Jangan “Tutup Mata”

319 views

RADARINDO.co.id-Belawan :
Penyakit kusta kembali menjadi momok menakutkan warga Sicanang Belawan. Pasalnya, beberapa warga diduga terkena infeksi kusta kini dalam kondisi mengenaskan.  Warga penderita kusta menuding Pemerintah Provinsi Sumatera Utara belum memberikan bantuan obat untuk penyakit kusta agar tidak menjalar ke warga lain.

Hal ini berdasarkan pengakuan warga Sicanang Belawan, kepada RADARINDO.co.id Jumat (29/05/2020). Warga yang terkena kusta sekeluarga itu mengaku, akibat tidak adanya penanganan dan perhatian dari Pemerintah Provinsi Sumut. Akhirnya Warga seputaran diluar komplek Warga Sicangan Belawan tertular kuman Kusta.

Hasil investigasi dilapangan salah seorang warga yang tinggal diluar komplek Kusta saat ini diduga sudah terinfeksi sebanyak 17 orang warga tetangga komplek Kusta terkena kuman Kusta.  “Dari 17 warga tersebut umumnya sudah terjangkit Kusta dibawah umur 14 tahun”, ucap dengan nada sedih.


Safran yang juga dahulu mengabdi di RSU Kusta dan juga merupakan putra daerah Sicanang, adapun korban penularan terjadi pada anak Saya Putri, 12. Menurut beliau terjadi penularan Kusta ini dikarenakan tidak adanya pemberian obat secara rutin oleh pihak medis dari RSU Kusta, katanya lagi.

Kalau dahulu masih aktifnya RSU Kusta Kita warga seputaran komplek Kusta diberikan Pil Anti Kusta. Sekarang sejak diambil alih oleh Dinas Sosial Provinsi pil anti kusta itu tidak pernah kita dapatkan lagi.

“Sejak Dinas Sosial ambil alih fungsi kinerja RSU Kusta mulailah Warga terjangkit kuman Kusta,” tambah Safran dengan sedih.

Kalau kita melihat gedung RSU Kusta ini yang kini berubah bagaikan tak berpenghuni rasa takut akan tertular kuman Kusta.  “Harapan kami warga Kelurahan Belawan Sicanang kepada bapak Gubernur Edy Ràhmayadi kembali menghidupkan RSU Kusta ini. Rasanya kalau Dinas Sosial yang mengurusi kami tidak tepat.

Karena yang sangat kami butuhkan bukan perhatian sandang pangan tetapi dari segi medisnya ini yang paling utama. Tapi alangkah baiknya kedua Dinas ini yang mengelola komplek Kusta ini akan tambah lebih bàik.

Kenapa Saya bisa menyimpulkan ini semua. Itu karena dahulunya saya masih aktif di RSU Kusta, saya salah satunya yang mengabdi sampai sekarang karena dialihkan Dinas Sosial. Saya juga membantu kinerja disana, makanya saya tahu persis kekurangan dan kelebihan RSU Kusta dan Dinas Sosial yang sekarang mengambil alih kinerja RSU Kusta yang kini telah tiada.

Bahkan mulai dibangunya gedung RSU Kusta ini pada tahun 1982 Dan mulai beroperasi pada tahun 1983. “Namun umurnya tidak lama tepatnya tahun 2013 RSU telah tiada alias berubah menjadi rumah hantu dan fungsi pengurusan terhadap warga komplek Kusta Sicanang digantikan oleh Dinas Sosial mulailah wabah atau kuman menyerang Warga sekitar.

Tahun 2013 hanya hitungan bulan RSU Kusta tutup Langsung 2 oràng Warga Sicanang terkena kuman Kusta. Korban setiap tahunnya terus bertambah, sampai sekarang berjumlah 17 orang yang terdampak kusta,” tutur Safran Sedih.

Secara bersamaan Sukinah Warga komplek Kusta, mengakui sejak pengurusan kami diambil alih dengan Dinas Sosial pembagian jatah beras dan sayur mayur tetap Ada. Tapi sebenarnya bukan itu yang paling utama, melainkan kesehatan kami maunya. Dahulu kami berobat ke RSU Kusta gratis. Yah memang pun sekarang gratis tapi ke Puskesmas.

Bagaimana rasa bapak kalau kami berbaur dengan warga yang sehat berobat ke Puskesmas. Disamping itu walaupun rasa malu ada pada kita terpaksalah kita upayakan hilangkan demi untuk berobat, tàpi tidak pernah sembuh. Akhirnya terpaksalah Kita manggil mantri semacam bidanlah untuk menyuntik kami. Hal ini diakui Sakinah dengan cara memanggil Mantri barulah ada perubahan pada penyakit Kusta kami ini.

Lebihlanjut dikatakan, yang namanya Mantri ini kan swasta bukan rujukan pemerintah, yah kita dikenakan biaya per orang kalau disuntik Rp40 ribu sampai Rp50 ribu tergantung obat yang diberikan, tàmbah Sakinah sedih seraya memperlihatkan 10 jarinya sudah habis karena Kusta.

Sementara itu, Lurah Belawan Sicanang Zulkifli menanggapi, “Kalau untuk kami dari Kelurahan tidak Ada mengurusi penyakit mereka itu kan ada UPT Dinas Sosial Provinsi yang kantornya juga Ada disitu”, ujar Lurah Sicanang.

Kami hanya melayanani pelayanan misalnya Pengurusan KK, KTP kalau ada bantuan dari Pemerintah dan swasta barulah kita dilibatkan. Disinggung seberapa luas Dan jumlah penduduk komplek Kusta Sicanang, penduduk berkisar 130 KK. Sedangkan luas menurut dokumentasi , luas komplek termasuk rumah sakit dan perumahan dokter serta pegawainya itu 25 ha pemiliknya pemerintah Provinsi termasuk kantor Lurah saya ini tanah Komplek Kusta, akhiri Zulkifli.

Sejumlah pihak berharap Pemerintah Provinsi Sumatera Utara segera mengambil sikap agar dilakukan penanganan dan pencegahan agar panyakit kusta tidak menjangkit warga lainnya. Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara hingga kini belum berhasil dikonfirmasi terkait tudingan warga yang terinfeksi penyakit menular Kusta, yang konon belum mendapat bantuan medis. Gubernur Sumatera Utara diminta jangan tutup terhadap warga yang diduga terinfeksi Kusta. Jika tidak segera dicegah, tidak tertutup kemungkinkan bisa meluas.(KRO/RD/A.ru/Jumadi).