Asmara Sang Mayor Mogot Gugur Bersama Kekasih

155

RADARINDO.co.id : Daniel Elias Mogot merupakan salah satu pejuang nasional yang lebih dikenal dengan panggilan Mayor Daan Mogot. Ia lahir di Manado pada tanggal 28 Desember 1927 dan gugur dalam pertepuran Lengkong Tanggerang Selatan, Banten pada usia 17 tahun.

Melansir radarmukomuko.com, dalam pertempuran ini, sebanyak 37 orang dari pihak Indonesia yang merupakan taruna militer juga menjadi korban.

Untuk mengingatkan sejarah perjuangan Mayor Daan Mogot bersama rekan-rekannya, didirikan dua tempat bersejarah, Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna di Jalan Daan Mogot dan Monumen Palagan Lengkong.

Pertempuran Lengkong adalah perang antara TKR pejuang kemerdekaan Indonesia yang dipimpin Elias Daniel Mogot atau Daan Mogot melawan penjajah Jepang di Desa Lengkong, Banten 25 Januari 1946.

Nama Daan Mogor juga dijadikan sebagai nama sebuah jalan terkenal di Jakarta, karena jalan ini tak jarang alami kemacetan dan banyak pusat perkantoran.

Dalam sejarahnya, Daan Mogot sudah menjadi anggota paramiliter di usia 14 tahun. Ia kemudian menjadi pelatih Pembela Tanah Air (PETA). Karena kecerdasannya ia diangkat menjadi komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Pada tahun 1945 Daan Mogot bersama beberapa rekannya sesama prajurit mendirikan Akademi Militer Tangerang atau  Militaire Academie Tangerang (MAT). Daan Magot yang masih berusia 17 tahun terpilih menjadi direkturnya.

Peristiwa Lengkong yang menewaskan Daan Magor dan rekan-rekannya, bermula dari adanya informasi yang diterima Kepala Staf Resimen IV Tangerang pada 24 Januari 1946, bahwa Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau Konikrijk Nederlands Indische Leger (KNIL) sudah menguasai Parung dan akan merebut depot senjata tentara Jepang di Hutan Lengkong. Kala itu sudah keluar pernyataan kekalahan Jepang oleh sekutu.

Untuk mencegah agar senjata tentara Jepang tidak diambil Belanda, Mayor Daan Mogot ditugaskan untuk melucutinya. Maka, keesokan harinya Mayor Daan Mogot memimpin puluhan taruna akademi, mendatangi markas tentara Jepang di Hutan Lengkong tersebut.

Pertempuran terjadi kala mereka melakukan perundingan perlucutan berlangsung lancar. Tiba-tiba terdengar suara letusan senjata atau tembakan dari luar rumah tempat negosiasi. Tentara Jepang pun kemudian menyerbu pasukan taruna akademi.

Daan Mogot berusaha menghentikan pertempuran tetapi gagal. Demi melindungi anak buahnya ia berusaha membalas tembakan, walau tubuhnya dihujani peluru tentara Jepang dari berbagai penjuru.

Dari cerita sejarah pejuang asli Manado ini juga ada kisah cerita yang menyentuh hati setiap orang. Dimana kisah percintaan Daan Magot juga kandas karena maut lebih dahulu merebutnya.

Saat itu ia memiliki seorang kekasih bernama Hadjari Singgih yang memiliki rambut panjang sepinggang. Pada 29 Januari 1946, saat pemakaman ulang bagi para pahlawan yang gugur di Hutan Lengkong itu sang kekasih memotong rambutnya yang mencapai sepinggang. Potongan rambutnya ikut dikuburkan di liang lahat Daan Mogot. Semenjak itu Hadjari Singgih tidak pernah lagi memanjangkan rambutnya. (KRO/RD/RMM)