RADARINDO.co.id – Medan : Kondisi udara di kota Medan, beberapa hari ini terasa gerah dan menyengat. Terkadang meski tidak langsung kena matahari namun udara terasa bikin gerah sehingga berkeringat.
Aktivitas di luar rumah dirasakan tidak seperti biasanya. Walaupun ada yang berteduh dibawah pohon atau tenda yang terbuat dari terpal justru malah terasa sekali panas dan gerah.
Baca juga : Kapolres Batu Bara Sembeli 17 Hewan Qurban
Demikian dikatakan Agus Wirawaran, salah seorang warga Amplas Medan, kepada wartawan, Selasa (20/07/2021).
Pria yang memiliki usaha toko kelontong di Pajak Simpang Limun, Medan itu mengaku lebih senang panas dan gerah, karena keringat terus keluar.
“Kalau keluar keringat kita pasti sehat. Karena bisa membakar lemak dan kolestrol di tubuh, ketimbang tidak keluar keringat”, ujarnya dengan nada tertawa.
Kalau panas begini, ujarnya lagi, pasti kita semua sehat, karena virus corona bisa hilang. Karena virus corona itu virus buatan, pasti hilang kena panas.
Ditempat berbeda, Aslim Sitohang, warga Desa Sena, Batangkuis, Deli Serdang juga memberikan keterangan yang hampir sama.
“Umur saya sudah 88 tahun, biasanya kalau musim panas orang orang pada sehat. Coba perhatikan kalau sudah musim hujan, apalagi sampai sebulan hujan, pasti banyak orang kena flu, demam, masuk angin dan lain lain”, ungkapnya.
Menurut Aslim Sitohang, kondisi udara yang gerah dan menyengat ini pernah terjadi sewaktu saya masih SD. Dulu gak ada sakit yang macem-macem.
“Ini semua terjadi pasti karena ada izin Allah. Yakin lah, Insya Allah ini tanda -tanda bagus akan berakhirnya zaman covid. Meski harus kita akui ini bagian dari ujian kepada manusia, agar kita melaksanakan perintahNya,” sambungnya dengan nada mengingatkan.
Yang penting, katanya lagi, kita harus banyak minum air putih. Jangan makan buah yang panas seperti durian. Itu malah bikin gerah dan lebih panas ditubuh, ungkapnya.
Sementara itu, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan memperkirakan bahwa memasuki April 2019 adanya peralihan musim panas ke hujan.
Beberapa hari terakhir udara di Kota Medan terasa gerah dan menyengat. Hal itu telah dirasakan bersama.
Adapun penyebab kondisi cuaca seperti ini lantaran akibat kondisi dinamika atmosfer monsoon Barat Daya (angin baratan) mulai menguat dengan kecepatan berkisar antara 10-30 knot.
“Massa udara yang melewati wilayah Sumut relatif kering dengan nilai kelembaban berkisar antara 40-90 persen,” kata Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah I-Medan, Eridawati, Senin (19/7/2021) sesuai dilansir Tribunmedan.com.
Bahwa cuaca ekstrem tersebut tidak hanya terjadi di Kota Medan saja, tapi juga sejumlah daerah khususnya di wilayah dataran rendah, pantai hingga perkotaan.
Eridawati mengatakan, adapun suhu udara saat ini mencapai 36 derajat celcius. Hal ini menyebabkan pertumbuhan awan tidak signifikan, sehingga dalam seminggu kedepan wilayah Sumatera diprediksi umumnya cerah berawan.
Baca juga : Bupati Bersama OPD Batu Bara Sholat Idul Adha di Aula Rumah Dinas
Suhu udara rata-rata di wilayah Sumut diprediksi cukup panas khususnya di wilayah dataran rendah, pantai dan perkotaan dengan suhu berkisar antara 26 – 36 celcius. Sedangkan di wilayah pegunungan dan dataran tinggi berkisar antara 18–27 celcius.
BMKG Wilayah I Medan turut mengimbau warga untuk mengantisipasi adanya angin kencang yang bersifat panas dan kering di wilayah Langkat, Karo, Deliserdang, Medan, Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara dan Padang Lawas Utara.
Agar masyarakat dapat bijak menggunakan api, yang bisa mengakibatkan kebakaran hutan, lahan dan pemukiman.
Ia memperkirakan prospek cuaca panas ini akan terjadi dalam seminggu kedepan sejak 19 Juli hingga 25 Juli mendatang. Namun demikian kondisi cuaca berubah sewaktu-waktu. (KRO/RD/TRBN)