RADARINDO.co.id – Medan : Direktur PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 4, Sucipto Prayitno, meresmikan pabrik di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (25/5/2023) lalu. Peresmian ini sebagai bentuk keseriusan perusahaan PTPN 4 membawa industri teh kembali berjaya, baik di dalam maupun luar negeri.
Sucipto bersyukur atas catatan fantastis yang dibukukan perusahaan sejak beberapa tahun terakhir, termasuk mengoptimalkan kebun dan pabrik teh. Sejak dua puluh tahun belakangan, belum ada satu pun produk teh Indonesia yang mampu menembus standar kandungan antrakuinon yang dipatok Eropa, yakni di bawah 0,02 part per million (ppm).
Baca juga : Wakil Bupati Ngamar Bareng Wanita Cantik, Polisi Bilang Begini
Berkat kemauan yang didukung strategi tepat, akhirnya PTPN 4 berhasil memenuhi standar setelah kadar antrakuinonnya hanya tercatat 0,01 ppm pada 2022. Tidak sekadar berhasil menunjukkan kualitasnya di pangsa Eropa, perkebunan dan pabrik teh juga menyandang predikat terbaik di segmen dalam negeri.
“Dulu, industri teh lokal cenderung berkiblat ke PTPN 8 di Jawa Barat. Situasi berbalik, sekarang PTPN 4 yang jadi pusatnya,” kata Sucipto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/5/2023).
Menurutnya, semua pencapaian ini tidak datang begitu saja. Melainkan buah dari kerja keras serta konsistensi seluruh komponen perusahaan. Melalui peresmian pabrik pengemasan teh retail tersebut, dia berharap PTPN 4 terus memberikan yang terbaik untuk masyarakat, khususnya di Simalungun.
“Kita sungguh-sungguh menjaga warisan yang sudah kita peroleh dari pendahulu kita, mungkin ratusan tahun lalu. Akan kita jaga seterusnya,” ucapnya.
Dikatakannya bahwa pabrik teh yang baru diresmikan sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial, berdiri pada 1926 silam. Mulai produksi empat tahun berikutnya. Setelah dinasionalisasi, pabrik ini memproduksi teh hitam.
Seiring perkembangan, PTPN 4 kemudian meluncurkan dua produk teh dengan kualitas dan kemasan yang lebih baik dan modern. Keduanya adalah Tobasari Tea dan Butong Tea. Mengoptimalisasikan potensi, perusahaan menempuh aneka cara, salah satunya dengan penyesuaian dan inovasi.
Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan PTPN 4, Riza Fahlevi Naim menambahkan, ada ragam faktor yang membulatkan tekad perusahaan membangun pabrik pengemasan. Diantaranya karena peluang keuntungan yang tersaji berkat pergeseran selera konsumsi masyarakat.
Kini, lebih banyak konsumen lokal yang menaruh perhatian lebih terhadap sisi kesehatan. Ditengah tren yang berlangsung, produk teh muncul sebagai pilihan karena manfaatnya bagi tubuh. PTPN 4 menempuh langkah strategis, termasuk dengan melengkapi infrastruktur.
Selama ini, teh kualitas terbaik yang diproduksi PTPN 4 cenderung dipasarkan ke luar negeri atau berorientasi ekspor. Sekarang, produk teh unggulan perusahaan juga hadir di dalam negeri demi menjawab kebutuhan konsumen domestik. Selain faktor profit, pendirian pabrik juga diharap mampu membangkitkan geliat perekonomian setempat serta menciptakan lapangan kerja baru.
Baca juga : Pola Kemitraan Sawit Dapat Ciptakan Keharmonisan Lingkungan
Kepala Bagian Optimalisasi Anak Perusahaan dan Aset PTPN 4, Muzani menjelaskan, ada empat unit mesin di pabrik. Mesin pertama memproduksi teh seduh dengan volume 100-250 gram per kemasan, sedangkan kapasitas produksinya sekitar 8-10 pouch per menit. Mesin kedua juga memproduksi teh seduh. Namun ukuran volumenya 500-1.000 gram dengan kapasitas produksi 6-8 pouch per menit.
Mesin ketiga memproduksi teh celup non amplop berkapasitas 50-60 teabag per menit. Mesin yang keempat juga memproduksi teh celup amplop, namun kapasitasnya 40-50 teabag per menit. (KRO/RD/TEM)