Kisah Maria Veronica Sinaga Menjadi Mualaf Hingga Perlakuan Tak Manusiawi

516
Kisah Maria Veronica Sinaga Menjadi Mualaf Hingga Perlakuan Tak Manusiawi
Kisah Maria Veronica Sinaga Menjadi Mualaf Hingga Perlakuan Tak Manusiawi

RADARINDO.co.id – Jakarta : Kisah perjuangan seorang wanita bernama Maria Veronica Sinaga menjadi Mualaf hingga perlakuan yang tidak manusiawi.

Wanita berdarah Batak asal kota Medan ini sesungguhnya tidak pernah membayangkan untuk berpindah keyakinan menjadi pemeluk agama Islam.

Berasal dari keluarga non Muslim yang taat beribadat. Bahkan di setiap dinding rumah orantuanya, tampak terpasang gambar rumah ibadah sosok yang percayai. Termasuk alkitab, tersusun diatas meja.

Baca juga : Polda Riau Periksa Dua Saksi Mahkota Tewasnya Baharudin

Meski ia tidak pernah membayangkan menjadi penganut agama Tauhid, tapi tanda tanda itu ia rasakan pada saat mendengar suara azan.

Atau melihat wanita mengenakan pakaian kerudung yang menutup aurat rapi. Berwudhu membasu wajah, melepaskan alas kaki ketika masuk ke masjid.

Maria Veronica Sinaga meninggalkan agama lamanya dari tahun 2018. Ia memilih hijrah untuk mengenal Allah di tahun itu. Namun, cobaan demi cobaan ia rasakan.

Di awal mengenal Islam, ada pergolakan batin yang menyebabkan dirinya terus mempertanyakan apakah dirinya sudah memilih jalan yang benar atau tidak, Bunda.

“Di 2018, saya tidak mengenal namanya Islam yang sesungguhnya. Hanya tahu oh iya Allah, Tuhan saya saat ini Allah. Dari situ mulai belajar, hijrah dari Medan ke Jakarta. Dari Jakarta ke Salatiga untuk mengenal Allah,” katanya, di kanal YouTube Ngaji Cerdas, dikutip HaiBunda (26/7/2021).

Maria Veronica Sinaga awalnya bingung karena tidak ada yang merangkulnya saat itu. Hijrah yang ia jalani benar-benar dilakukan sendiri. Mengenal Islam pun dilakukan dengan otodidak, alias belajar sendiri, tidak dibimbing.

“Benar-benar otodidak. Dari situ belajar salat, mengaji. Salah bertemu orang juga. Akhirnya kembali ke Jakarta, mempelajari Islam,” ujarnya.

Alasan dirinya masuk Islam, tak lain karena ada perbedaan dari keluarga. Sisanya, ada hal yang tidak bisa disebutkan mengapa ia masuk Islam.

Meski demikian, wanita berparas cantik yang biasa dipanggil Maria itu percaya hidayah Allah sangat besar. Kelak ia akan mendapat petunjuk dan bimbingan Allah SWT.

Maria yang sudah mengucapkan dua kali masyahadat, “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan nabi Muhammad itu utusan Allah”.

“Saya melangkah dengan agama saya saat ini. Saya melangkah semua gantungkan, hidup mati saya hanya untuk Allah SWT,” tutur Maria.

Maria sempat menceritakan pengalaman sulit yang pernah dialami saat menjadi mualaf. Ketika mencoba hijrah, Maria masih ingat ia tak dianggap oleh keluarganya lagi, bahkan Maria juga mengaku dirinya dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

“Dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dikucilkan. Kehilangan pekerjaan, dijauhkan dari anak,” katanya.

Maria juga mengaku ‘kehilangan’ kedua orang tuanya di saat mendalami agamanya yang baru. Pergi dari rumah, Maria juga mengungkap dirinya hanya mengantongi uang yang jumlahnya tak seberapa.

Meski dalam keadaan prihatin, Maria mengatakan saat itu pula dirinya sadar bahwa menjadi mualaf itu berjuang, berserah, dan bergantung pada Allah.

Maria yang dahulu merupakan aktivis keagamaan dan aktif di kelompok remaja itu menyebut. Awalnya, ia sembunyi-sembunyi namun lama kelamaan sang ayah tahu.

“Pada saat itu terjadi perdebatan yang hebat, hari ketujuh saya diusir dari rumah. Diancam setiap hari, dimasukkan ke rumah sakit jiwa,” katanya menceritaka pengalaman pahitnya.

Bahkan, parahnya lagi, Maria sempat disakiti dan dicelakai oleh keluarga sendiri. Ia sempat ditabrak oleh kakaknya sendiri. Begitu pula di lingkungannya, ia mengalami perundungan atau dikucilkan teman-temannya.

“Sampai suatu ketika di saat saya dimasukkan ke rumah sakit jiwa salah satu dokter bilang. Anak Bapak tidak gila, anak bapak memutuskan masuk Islam itu sangat baik. Kenapa Bapak tega, memasukkan anak ke rumah sakit jiwa,” katanya meniruhkan ucapan dokter.

Sang dokter pada saat itu menasehati orangtuanya, harusnya bapak bersyukur, anak bapak masuk Islam. Namun perkataan itu tidak diindahkan, tetap saja agar memasukkan rumah sakit jiwa lain lagi.

“Saya disekap, saya dikasih obat tidur, sampai saya bilang, kenapa kalian enggak bunuh saya sekalian dengan agama saya saat ini,” ujarnya sembari menangis.

Saat Maria berkata seperti itu, sang ayah hanya menyebutnya sebagai anak durhaka dan mempertanyakan mengapa memilih agamanya yang sekarang padahal sudah disekolahkan tinggi.

“Jawaban saya cuma satu, hidayah dari Allah,” katanya. Maju ke 2020, Maria Veronica mengungkap dirinya hampir kembali pindah agama lagi, Bunda.

Selama 2 tahun sejak menjadi mualaf, rupanya Maria Veronica masih berhubungan dengan keluarganya walaupun tidak dalam kondisi baik.

Namun, di 2020, Maria mengaku hampir murtad lagi. Sampai aku hampir meninggalkan Allah saat aku dibawa ke Singapura sama om aku.

Kakaknya ayah, di situ dikasih kenikmatan dunia lagi, untuk murtad, katanya. Tapi Allah ngeyakini aku. Aku kabur dari Singapura ke Jakarta.

Baca juga : Kejari P. Sidimpuan Gelar Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua

Begitu kabur, Maria Veronica rupanya sudah ditunggu oleh keluarganya di bandara. Sampai di Jakarta, Maria masih ingat, ia dibawa paksa oleh keluarganya ke rumah.

“Disekap 10 hari di rumah, dipukul oleh kakak sendiri. Dari situ aku memutuskan untuk pergi dari keluarga. Hidup mati aku pasrahin sama Allah,” katanya.

Setelah pergi dari keluarga, Maria tinggal sebatang kara. Namun, ia yakini diri kalau ia tak sendiri. Ia percaya Allah akan mengelilinginya orang-orang saleh dan salehah.

Perjalanan menjadi seorang mualaf ke jalan yang benar. Ia hadapi, berkat bimbingan dan lindungan Allah, Alhamdulillah kini Maria Veronica Sinaga menjadi muslimah yang baik. Semoga menjadi panutan. (KRO/RD/HB)