RADARINDO.co.id–JAKARTA:
Tugas berat Meneg BUMN Erick Thohir menjadi “tantangan” baru untuk menyelamatkan perusahaan plat merah sebelum sebelum terjadi kebangkrutan. Erick Thohir pun mulai lantang dan angkat bicara ada indikasi mark up laporan keuangan alias Window Dressing. Artinya laporan keuangan dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga terlihat perusahaan mengalami keuntungan meski buntung. Hal ini tentu akan menjadi pertaruhan ketika publik melihat ada ketidakberesan di sejumlah perusahaan plat merah namun anehnya, oknum pejabatnya direksinya hidup mewah.
Menteri BUMN, Erick Thohir kerap menjadi sorotan. Salah satunya karena melakukan gebrakan bersih-bersih dengan merombak direksi dan komisaris BUMN. Bukan tanpa alasan, Erick menyebut itu dilakukan karena dua hal. “Kalau tidak selesai (masa jabatan/terkena penggantian direksi), ada catatan, apa karena KPI (key performance index) tidak capai target, atau ada operasional yang salahi GCG (good corporate governance),” ujar Erick di Kementerian BUMN, dilansir dari Merdeka.com, Sabtu (11/1).
Misalnya kata Erick, ada yang melakukan mark up laporan keuangan alias window dressing. Maksudnya lanjut Erick, laporan keuangan dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga terlihat perusahaan mengalami untung meskipun buntung.
Erick mengingatkan, hal ini bisa termasuk dalam tindakan kriminal. “Itu bisa masuk tindakan kriminal apalagi kalau window dressing ini terus abis bawahnya kelihatan untung, tapi enggak ada cash-nya, hanya bagi buat gaji bonus saja. Ini ada lagi yang terbitkan utang baru,” ujarnya.
Menurutnya, sah-sah saja jika Kementerian BUMN hendak melakukan penyegaran birokrasi terhadap 142 perusahaan yang mereka kelola dan awasi, sehingga tidak perlu ada yang diributkan. Ini ada 142 BUMN, boleh dong kita review komisaris dan direksi, ada penyegaran itu sah-sah saja, lumrah, tak perlu diributkan selama ada meeting setiap bulan komut dan dirut,” ucapnya.
Salah seorang aktivis RCW Medan, Arif mengingatkan Meneg BUMN agar lebih cerdas dan bijak, tidak ABS. Apalagi ada oknum Direksi bidang perkebunan yang diduga tidak becus mengurus perusahaan. Bahkan pendapatan laba perusahaan mengalami penurunan secara drastik tapi kenapa masih dipertahankan. “Pinjam uang dari bank ratusan miliar namun uang tersebut tidak digunakan untuk belanja perusahaan alias parkir. Menurut saya telah teŕjadi dugaan kongkalikong,” ujarnya dengan tegas.
(KRO/RD/MERDEKA)