RADARINDO.co.id-Belawan: Pemberitaan edisi sebelumnya, media ini memprediksi akan terjadi keterlambatan dalam penyelesaian pelaksanaan proyek Perbaikan Tanggul Sungai Deli yang dikerjakan pada Tahun Anggaran (TA) 2022 yang lalu. Dimana ternyata perkiraan tersebut benar terjadi.
Hal tersebut juga diungkapkan sejumlah warga dilingkungan pemukiman tersebut. Sebab sesuai pengamatan yang dilakukan RADARINDO.co.id pada Kamis (26/01/2023), tampak pelaksanaan proyek perbaikan Tanggul yang berada di 2 lokasi Sungai Deli itu, yakni di Lingkungan 30 Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan (Aloha) dan di Lingkungan 6 Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Labuhan (Kerani Acip).
Baca juga : Kapolres Manggarai Barat Aniaya Anggotanya, Ini Kata Kapolda NTT
Terlihat pekerjaannya masih berlangsung. Artinya sudah terjadi keterlambatan sekitar 1 bulan. Bahkan sesuai pengamatan bahwa proyek yang ada di 2 lokasi tersebut saat ini kondisinya masih baru sekitar 65 persen.
Sehigga diprediksi kembali bahwa penyelesaiannya belum tentu selesai hingga bulan Februari ke depan. Adapun prediksi akan terlambatnya penyelesaian proyek pengendalian banjir tersebut berawal dikarenakan alat berat yang digunakan diduga sering rusak karena diduga sudah usang sehingga mempengaruhi jadwal waktu kerja, tidak adanya septy kerja, serta molornya pelaksanaan proyek itu dimulai.
Proyek tersebut baru mulai dikerjakan sekitar bulan September 2022. Selain adanya keterlambatan dalam penyelesaian pengerjaannya, proyek yang bernama Proyek Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Deli berbiaya Rp18 miliar lebih milik Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dikerjakan oleh kontraktor dari PT. Sarjis Agung Indrajaya itu, juga diduga sarat dengan masalah.
Permasalahan itu diantaranya yakni, pemancangan tiang pancang sheet file banyak yang posisinya renggang, penggunaan alat berat yang diduga sudah berusia uzur, tidak adanya pagar seng keliling sebagai pengamanan proyek demi keselamatan masyarakat, dan tidak adanya sistem K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) terhadap para pekerja, serta belum lagi jumlah block beton yang jumlahnya diduga keras kurang.
Dugaan saratnya permasalahan di dalam pelaksanaan proyek itu semakin kompleks menyusul terkesan amburadulnya pemancangan sheet file di Kerani Acip, lokasi ke 2 proyek.
Letak sheet file yang dipancang di lokasi kedua itu benar-benar sangat memilukan hati. Mengapa tidak, posisi sheet file yang dipancang banyak yang renggang, ditambah lagi kedalaman sheet file yang diduga kurang memadai sehingga sheet file banyak yang dipotong dengan ukuran sekitar 2 meter pada bagian atasnya. Amangoooi tahe.
Sehubungan dengan keterlambatan penyelesaian dan dugaan saratnya permasalahan di dalam proyek Perbaikan Tanggul tersebut, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BWS Sumatera II, Yudha, belum dapat dikonfirmasi.
Baca juga : Dana Kemiskinan Senilai Rp 500 Triliun Ludes Buat Studi Banding dan Rapat
Ketika dihubungi via HP pada Senin, 16 Januari 2023 yang lalu, awalnya Yudha bersedia untuk bertemu guna konfirmasi, “Ok besok kita ketemu. Abang sendiri aja ya gak usah bawa kawan”, janjinya waktu itu. Namun hingga berita ini dibuat Yudha belum juga bisa ditemui.
Padahal keterangan Yudha selaku mewakili pemerintah khususnya mengenai keterlambatan proyek tersebut, penting untuk diketahui masyarakat. Dimana biaya proyek perbaikan tanggul itu adalah bersumber dari uang rakyat.
Perlu untuk diketahui bahwa berdasarkan Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, disebutkan, “Jika terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan, penyedia jasa (kontraktor-red) dikenakan denda 1.0/00 (satu permil) dari nilai kontrak untuk setiap hari keterlambatan. Apakah hal ini sudah terpenuhi? Sampai sejauhmana permasalahan proyek ini akan terus dipantau. (KRO/RD/Ganden)