RADARINDO.co.id-Medan: Minyak goreng langka di pasaran. Ibuku, ibumu dan ibu kita semua merasakan yang sama.
Langkanya minyak goreng kini telah mencuat di medsos. Tidak hanya bikin sedih tapi sajian lelucon.
Ada juga beredar video berdurasi pendek tentang minyak goreng campur solar juga menjadi tontonan buruk bagi kondisi ini.
Tatkala negeri yang subur ditumbuhi jutaan hektar kebun kelapa sawit, namun masih ada antrian terpanjang membeli minyak goreng.
Baca juga : Kakanwil Kemenkum dan Ham Bengkulu Apresiasi Kebersihan Lapas Kelas II a
Lalu dimana peran perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak goreng milik negara khususnya BUMN bidang perkebunan.
Demikian dikatakan salah seorang Purna Karya dari salah satu BUMN perkebunan yang tidak mau disebutkan namanya kepada RADARINDO.co.id GROUP KORAN RADAR belum lama ini.
Pria yang pernah menduduki posisi penting di perkebunan plat merah ini menjelaskan, tidak semestinya minyak goreng jadi tonton buruk dan memalukan sekaligus.
Seperti diketahui, minyak goreng tidak hanya langka dipasaran tapi harga minyak goreng sudah mencekik leher sehingga berdampak bagi masyarakat ekonomi lemah.
Hal ini mengingatkan kita dengan pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, yang dilansir sejumlah media, ujarnya lagi.
Ia mengungkapkan anak usaha holding perkebunan, PT Industri Nabati Lestari (INL), bakal memproduksi minyak goreng kemasan sederhana.
Hal itu disampaikan saat meninjau operasi pasar tambahan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, Sabtu (8/1) beberapa bulan lalu.
“Kami pakai brand INL karena ini khusus brand ekonomis (value for money),” ujar Erick seperti dikutip dari keterangan resmi.
Menurut Erick kemasan sederhana INL ini baru dikembangkan saat harga minyak melambung tahun lalu. INL sendiri merupakan anak usaha PTPN III & PTPN IV.
Minyak goreng INL akan dipasarkan seharga Rp14 ribu per liter dan dijual dalam dua kemasan yakni 450 ml dan 900 ml.
Erick juga menyebut BUMN harus memanfaatkan momentum dengan mulai mengenalkan kemasan sederhana khusus untuk pasar tradisional dengan brand INL.
“Untuk sementara akan beredar wilayah Medan dan Sumut dulu,” ujarnya.
Sejak Januari 2022, BUMN memiliki tiga produk minyak dengan segmentasi berbeda yakni Nusakita 100 persen price index dari market leader (bimoli), Salvaco (92-95 persen price index bimoli), dan kemasan sederhana INL 88 sampai 90 persen price index market leader / bimoli).
“Kapasitas mesin pengemas baru mulai kami investasi tahun ini dan akan berkembang terus sampai 2023,” ujar Erick.
Seperti dijelaskan sumber bahwa INL merupakan anak perusahaan PTPN III dan PTPN IV yang sudah menginjeksi penyertaan modal ratusan miliar.
INL juga mengekspor CPO dan turunanya 95 persen ke mancanegara. Artinya sejumlah kalangan memprediksi hanya 5 persen kebutuhan dalam negeri.
“Mesti manajemen harus melihat kondisi pasar saat ini, dimana rakyat butuh minyak goreng, kemana produksi INL mestinya jelaskan pada publik,” ujarnya dengan nada bertanya.
INL pasarkan produk turunan CPO 95% ke Mancanegara. Produksi turunan CPO milik INL merupakan anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei.
Dijelaskan hingga sampai September 2020 nilai penjualan telah mencapai sekitar Rp2,8 triliun dengan total volume penjualan sebanyak 315 ribu ton.
Sebelumnya, menurut Direktur PT. INL, Hasyim Toriq total nilai penjualan tersebut ditopang dari produksi refinery CPO olah sebesar 330 ribu MT dengan produk Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) Olein dan Stearin.
Sejak beroperasi dan komersil tanggal 28 Februari 2019 sampai dengan bulan September 2020, pencapaian PT INL termasuk ekspor produksi ke mancanegara sangat tinggi seperti Bangladesh, Kroasia, India, Maritinus, Pakistan, Nigeria, China, Sudan, Yordania, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Dijbouti, Amerika Serikat, Malaysia, Llattakia, Srilanka, Tanzania, Mozambique, Iran, Ludhiana, dan Senegal.
PT. INL juga memiliki produk ritel minyak goreng bermerk Salvaco dengan segmentasi menengah ke atas yang dipasarkan di dalam negeri yang dipasarkan dalam bentuk kemasan 1 dan 2 liter.
Dijelaskan bahwa produksi minyak goreng ritel yang telah dihasilkan perusahaan sebanyak 3.868 Ton dengan total nilai penjualan sebesar Rp42,84 Miliar.
Sejak Maret 2020, produksi minyak goreng PT. INL menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan sehingga perusahaan memiliki prospek yang sangat baik untuk masuk ke pasar ritel dalam negeri.
Sebelumnya, Direktur PT. INL mengatakan pemasaran produk Salvaco masih mencakup wilayah Sumatera Utara (Sumut, Aceh, dan Riau) dengan melakukan kerja sama berskema distributor bersama 12 mitra perusahaan distributor dan tahun 2021 akan memenuhi pasar seluruh Sumatera, Jawa, dan Bali.
Serta akan segera meluncurkan minyak goreng “Malico” yang dipasarkan pada segmentasi menengah ke bawah kemasan pillow pack pada bulan Desember 2020.
Direktur PT. INL pernah mengatakan pembangunan pabrik minyak goreng PT. INL di KEK Sei Mangkei dilaksanakan secara efektif dan memenuhi study kelayakan (feasibility study) dengan evaluasi dilaksanakan oleh Tim Penilai Independen yaitu Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan.
Secara uji kelayakan pembangunan yang telah dilakukan maka pabrik minyak goreng telah siap beroperasi dengan menerbitkan surat pemberitaan penerimaan pabrik minyak goreng sesuai dengan Surat No.092/INL/SU-E/III/2019 pada tanggal 16 Maret 2019.
Perseroan didirikan pada 11 Maret 1996 berdasarkan hukum pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996. Pemerintah kemudian mengubah pengelolaan bisnis BUMN Perkebunan dengan menunjuk Perseroan sebagai induk dari seluruh BUMN Perkebunan di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2014 tanggal 17 September 2014.
INL sewa lahan di Sei Mangke tahun 2016 untuk 30 tahun Rp48.518.600.000. PTPN III memberi tambahan modal awal pada INL Nomor Perjanjian 3.13/SPJ-PTINL/10/2017 tanggal 04 Desember 2017 Rp115.576.000.000 dan Nomor Perjanjian MAU/SPJ-PTINL/2018-INL/SPJ/007/2018 tanggal 08 Oktober 2018 Rp48.644.000.000 atau total sebesar Rp164.220.000.000.
Baca juga : Krimum Poldasu Sumut Paparkan Tenggelamnya Kapal Perdagangan Orang
PTPN IV sesuai Nomor perjanjian: 04.10/S.Perj/07/XII/2017 tanggal 21 Desember 2017 Rp100.000.000.000 dan Nomor Perjanjian: 04.10/S.Perj/11/2018 tanggal 10 Oktober 2018 Rp15.000.000.000 atau total Rp115.000.000.000 (total tambahan dana dari PTPN III dan IV sebesar Rp279.220.000.000).
INL mendapat fasilitas kredit dari bank DBS Rp160.000.000.000 yang digunakan INL sesuai akta perjanjian kredit investasi No. 81 tanggal 15 Mei 2019 untuk mendukung kebutuhan modal kerja umum dan belanja operasional, pinjaman dgn bunga 10 persen per tahun floating rate.
Pembayaran dilakukan setiap triwulan mulai Mei 2020 sampai Mei 2026, dengan jaminan sertifikat HGB, mesin dan peralatan, persediaan dan piutang INL.
Hingga berita ini dilansir, Direktur Utama Holding PTPN III maupu Dirut PT. INL belum membalas surat konfirmasi Lembaga Republik Corruption Watch (RCW) Medan disampaikan di Jln Iskandar Muda, Medan.(KRO/RD/Tim)