RADARINDO.co.id : PANDEMI telah merubah tatanan dan aspek kehidupan manusia di seluruh dunia. Tanpa kecuali di tanah air. Fungsi dan peran media cetak, dan online atau media elektronik yang tertransformasi di media sosial, mengulas beragam dampak dari Covid-19.
Penyajian informasi dari pemilik akun dan konten berita terus bergerak cepat, mengulas statemen sumber. Tidak jarang penyiaran berita kian memberi motivasi dan mendidik. Tapi tidak sedikit pula menyiarkan yang sebaliknya.
Baca juga : HUT Ke 73 Polwan, Momentum Jadi Srikandi Profesional Dicintai Masyarakat
Penyiaran demi penyiaran, sadar atau tidak, bahwa publik telah dihadapkan dua pilihan berita fakta atau fitnah alias hoaks. Meski kedua info konsumsi publik menjadi seseorang berfikir secara cerdas dan bermartabat.
Masyarakat saat ini mendambakan “Penyiaran Yang Bertabat Ditengah Pandemi”. Informasi yang berkualitas, sehat, dan menuju masyarakat Indonesia cerdas.
Tidak sebaliknya, saling menyerang dan menjatuhkan martabat bangsa sendiri. Terlebih -lebih mengadudomba kerukunan umat beragama di bumi Pancasila.
Pandemi yang kita rasakan saat ini telah membuat semua orang merasa cemas, tanpa membedakan faktor ekonomi atau status sosial lainya.
Hal yang sama juga dirasakan bagi kalangan investor lokal maupun pemodal asing. Khususnya perusahaan yang bergerak dibidang industri Pers, seperti media cetak, media online, termasuk radio bahkan pertelevisian.
Media cetak sudah banyak yang gulung tikar akibat dampak pandemi segi ekonomi, karena minat masyarakat membeli Koran menurun drastis.
Hal ini disebabkan karena harga kertas melambung tinggi. Sedangkan minat pasar terus menurun. Sedangkan dari sisi lain, media online yang kian tumbuh bagaikan cendawan dimusim hujan.
Hanya dengan bermodalkan SDM yang serba pas-pasan persiapan, mencoba “bertarung” merebut pasar pembaca. Seleksi alam tidak terhindari. Tidak sedikit industri media cetak dan media online merugi yang pada akhirnya harus menutup perusahaan dengan terpaksa.
Untuk itu perusahaan Pers meminta perhatian yang serius dari pemerintah Pusat maupun Daerah. Agar ada solusi untuk mempertahankan industri penyiaran ditengah Pandemi.
Dampak virus corona membuat sebagian besar industri di tanah air merasakan dampaknya. Tak terkecuali juga pada industri penyiaran di tanah air.
Pandemi virus membuat industri penyiaran secara umum merasakan dampaknya. Salah satu buktinya adalah berkurangnya pendapatan dari iklan ataupun hak siaran.
Dunia penyiaran pada umumnya merasakan dampak yang berat akibat pandemi ini. Hal ini juga membuat produksi program siaran juga berkurang. Akibat pandemi ini, beberapa program harus ditunda untuk menghindari penyebaran virus corona.
Produksi program siaran semakin berkurang. Belum lagi pendapatan dari iklan ataupun hak siar yang kian merosot, karena penundaan program siaran, kepada industri penyiaran Indonesia untuk menjadikan pandemi ini sebagai peluang.
Pandemi virus corona ini membuat masyarakat lebih lama berada di rumah. Meskipun tampak menghambat industri penyiaran Indonesia.
Untuk itu, menurut hemat saya ingin mengajak kita semua khusus lembaga penyiaran sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk melihat sebagai tantangan.
Meminta kepada seluruh lembaga penyiaran untuk mampu menyajikan informasi dan hiburan yang sehat dan berkualitas.
Selai informasi tentang kesehatan dan pendidikan, masih banyak lagi yang perlu disampaikan atau di sosialisasikan diantaranya pertanian, perkebunan, industri rumah tangga dan lain lain.
Sehingga masyarakat juga bisa mendapatkan nilai-nilai yang bisa memberikan edukasi bagi masyarakat.
Hal ini juga menjadi peluang bagi lembaga penyiaran untuk dapat berperan aktif dalam menyebarkan nilai-nilai yang mengedukasi masyarakat.
Khususnya menangkal hoaks dan konten siaran yang tidak benar mengungkapkan industri pertelevisian juga terdampak pandemi virus Corona (Covid-19).
Sementara pandemi telah memukul hampir semua industri. Di masa pendemi Covid-19 hampir bisa dikatakan industri penyiaran pers berdampak langsung.
Mencermati dampak tersebut, meminta pemerintah, baik Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama DPR dalam merancang RUU Penyiaran untuk memperhatikan dampak pandemi Corona terhadap industri televisi.
Inilah yang perlu kita perhatikan terhadap rencana digitalisasi ke depan, industri pers tidak seperti perbankan dan industri penerbangan yang merugi akibat pandemi Covid-19.
Merugi akibat Corona, industri pers minta tambahan iklan dari pemerintah pelaku bisnis terkait industri olahraga nasional telah terdampak parah akibat pandemi Covid-19.
Di antaranya sektor broadcasting yang tengah merugi akibat penundaan sejumlah pertandingan berbagai cabang olahraga. Sektor ini (broadcasting) juga telah meminta bantuan pemerintah.
Menurutnya bantuan yang diusulkan oleh pelaku industri broadcasting dalam negeri, ialah masuknya tambahan iklan oleh pemerintah.
Sebab iklan dari swasta telah mengalami penurunan jumlah akibat penundaan siaran pertandingan sejumlah cabang olahraga di saat pandemi ini.
Tak hanya broadcasting, kerugian juga dialami oleh pelaku usaha pembuatan sepatu olahraga lokal.
Hal ini dikarenakan adanya pembatalan pesanan dari sejumlah negara akibat penundaan pertandingan olahraga di tahun ini.Adanya peraturan Pemerintah dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) meningkat menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)Level 3-4.
Baik PPKM Mikro maupun PPKM Darurat atau level 3-4, maka berbagai kegiatan dan aktivitas masyarakat sangat terbatas.
Baik kegiatan instansi pemerintah, BUMN, BUMD serta lembaga Negara lainya semua mengalami hambatan atau gangguan misalnya kunjungan kerja anggota Dewan baik Pusat dan Daerah.
Sidang di Pengadilan banyak yang tertunda, sehingga kegitan liputan para Jurnalis sangat menurun.
Dengan menurun ya kegiatan jurnalis bidang peliputan berita, maka berita yang hendak disiarkan atau mau diterbitkan sagat menurun, yang artinya adalah dengan berkurangnya kegitan atau aktifitas Pemerintah dan masyrakat.
Maka sangat berdampak bagi liputan jurnalis pemberitaan dan penyiaran khususnya di Sumatera Utara, menurun drastis.
Berdasarkan data We Are Social semester pertama tahun 2020, adanya peningkatan akses pengguna internet hingga 6 jam 43 menit per hari.
Berita online menjadi pilihan utama masyarakat di masa pandemi. Orang beraktivitas dan menggunakan internet menjadi salah satu cara menyalurkan waktu yang kosong.
Berita online juga menjadi pilihan masyarakat yang melakukan browsing di internet, lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika maupun norma.
Di era digital seperti sekarang, masyarakat mengkonsumsi informasi dari banyak sumber media. Umumnya ketika ditanya tentang media, maka akan mengarah pada media cetak maupun penyiaran, dan pembaca berita media online terus meningkat. Berita melalui media cetak semakin ditinggalkan.
Selain lebih praktis, update berita online dinilai lebih cepat. Diyakini sejak 2017 sampai sekarang, setiap tahunnya ada peningkatan pembaca berita online.
Dalam suasana yang terbatas ini agar senantiasa bertukar pikiran akan perkembangan komunikasi pada saat pandemi.
Bahwa komunikasi pada saat pandemi ini ada sisi baiknya dan ada sisi buruknya. Pandemi yang sekarang merubah perilaku dan mental manusia, mengarahkan kita untuk akrab kepada dunia digital.
Dunia jurnalisme harus ikut perkembangan zaman. Bagaimana kemasan dalam dunia digital dengan perubahan kebiasaan masyarakat.
Covid-19 membuat semua elemen masyarakat di belahan dunia meraba-raba dan lebih cenderung kebingungan dalam menghadapi bahkan menanggulanginya.
Dunia media, mulai disibukan dengan pemberitaan baru yang melonjakan pemberitaan mengenai Covid-19, yang platformnya digital memang mengalami lonjakan pembaca, ini salasatu hikmah dari Covid-19.
Namun sisi bisnis lain mengalami penurunan yang sangat drastis. Dalam sisi industri media, saat ini menawarkan inovasi kreativitas untuk menarik brand agar mau beriklan di media cyber.
Beragam kreativitas dan memiliki jiwa entrepreneur yang tidak biasa agar brand dapat beriklan dengan ikut mengajak audience untuk tetap berkreativitas di rumah demi mencegah covid-19.
Peran media konvensional memang masih teruji kapasitasnya dalam menyajikan berita yang dapat di pertanggungjawabkan. Saat ini terjadi fenomena inflasi informasi. Informasi yang di sampaikan harus jelas dari mana asalnya.
Selain itu, di tengah pandemi covid-19, media berperan dalam menyajikan informasi yang tak hanya akurat, tetapi juga mentransmisikan pesan yang mengedukasi dan mampu menambah optimisme publik.
Sehingga, informasi yang disajikan media dapat berperan sebagai suplemen atau vitamin dalam memperkuat imunitas mental dan fisik masyarakat.
Media untuk membentuk stigma yang positif dan mengedukasi pembaca lewat pemberitaan yang terkontrol. Pembaca juga mesti cermat dalam menerima sebuah informasi.
Baca juga : Bupati Pakpak Bharat Jadi Opening Speaker Di Webinar Pendidikan
Perilaku pun perlahan mulai berubah dan dengan hadirnya media sosial di tengah masyarakat dianggap membawa dampak positif.
Tidak jarang masyarakat memanfaatkan media sosial sebagai tempat mencurahkan isi hatinya, memberi tahu keadaan kehidupan aslinya, berbisnis, menyebarkan informasi dan berkomunikasi hingga mancanegara.
Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan literasi yang baik agar terhindar dari hoaks. Menyajikan penyiaran informasi yang bermartabat, tidak lepas tanggung jawab dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Semoga bermanfaat.
(KRO/Tulisan Dikirim, Ketua Alumni ITM Medan Yang Juga Tokoh Masyarakat Minang, Ir Dasril, MM)