RADARINDO.co.id : Permintaan kolang-kaling selama bulan suci Ramadhan 1440 H di sejumlah pasar tradisional di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara meningkat.
Perajin bekerja keras mengumpulkan buah dari pohon aren dari kebun dan hutan. Kolang-kaling biasanya diolah menjadi takjil, sehingga permintaan kebutuhan tersebut meningkat tajam terutama saat bulan suci Ramadhan.
“Sejak Ramadhan, hampir setiap hari saya keliling kampung untuk mengumpulkan buah kolang-kaling dari kebun warga. Buah yang terkumpul dibawa pulang ke rumah untuk diolah menjadi kolang-kaling, dan keesokan hari baru saya bawa ke pasar untuk dijual,” ujar Husein, perajin kolang-kaling di Desa Babah Buloh, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Senin (13/5).
Husein yang merupakan keluarga kurang mampu ini memilih menjadi perajin kolang-kaling pada bulan Ramadhan dengan harapan dapat meraih keuntungan dari usaha tersebut, sehingga mampu memenuhi kebutuhan keluarga selama Ramadhan serta membeli baju lebaran Idul Fitri untuk anak-anak dan keluarga tercinta nantinya.
“Setiap harinya, saya menghasilkan sebanyak 15-20 kg kolang-kaling dengan harga jual setiap kilogram Rp10.000, dan setiap paginya langsung saya bawa ke pasar, baik di Aceh Utara maupun pasar yang berada di wilayah Kabupaten Bireuen,” ujarnya.
Kolang-kaling hasil olahannya terjual habis, kemudian dari pendapatan digunakan untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Pengolahan buah menjadi kolang-kaling membutuhkan waktu panjang, setelah buah dipetik dari pohon, buah dipisahkan dari tangkainya, direbus sampai 30 menit kemudian mengeluarkan biji-biji kolang-kaling dari buah yang sudah direbus itu.
Menurunya, permintaan kolang-kaling kini cukup meningkat, karena selama Ramadhan, kolang-kaling kerap digunakan sebagai bahan baku untuk membuat menu berbuka puasa, seperti bubur kolak, es campur serta aneka kue untuk berbuka puasa lainnya. (KRO/RD/ANS)