SOS Moral Bangsa, Projol Pembuka Kunci Pandora Ingkari Sumpah Pemuda

29

RADARINDO.co.id – Medan : Bangga jadi orang Indonesia!. Bohong jika itu dikatakan sekarang. Buktinya, ketika ada yang sebut negeri Wakanda, Konoha, ingatan langsung tertuju pada Indonesia. Ironi, kita sendiri bangsa Indonesia menjadi leceh pada sesuatu yang seharusnya kita junjung dan banggakan.

Ini sebuah fakta, mungkin sepuluh tahun belakangan ungkapan satir itu populer. Terlebih hari-hari terakhir PROJO yang heroik bagi kalangan tertentu mendadak jadi PROJOL (PRO Judi On Line) viral. Lagi-lagi terkuak.

Lalu siapa yang harus disalahkan ketika tugas menjaga marwah bangsa ini gagal?. Pejabat negara, pejabat pemerintah, partai politik, polisi, jaksa, hakim, satpol PP, para pendakwah seperti ustadz, pendeta dan lain-lain, atau justru rakyat sendiri atau lurahnya yang tidak bisa mengenal lagi taat, disiplin, jujur, tanggungjawab lantaran hilang adab sekalipun sudah dilimpahi berkat rejeki yang melimpah?.

Harus memulai dari mana?, “Berantas Korupsi”. Mungkin Presiden Prabowo memandang ini jurus pamungkas yang sedang dirancang. “Pejabat di masa saya jangan sekali-kali makan uang APBN atau APBD,” ujar Presiden Prabowo menggelegar.

Baca juga: Prabowo Resmi Hapus Kredit Macet UMKM, Nelayan dan Petani

Publik menunggu, menyikapi korupsi uang partikelir yang jauh lebih dahsyat di dunia swasta tambang, impor beras, gula, garam, sapi, sabu-sabu, judol, TKA, bagaimana?. Semua itu masih antek-anteknya.Timbul pertanyaan siapa gembongnya?.

Sejarah mencatat, kehancuran suatu negara terjadi karena dilanda gaya hidup mewah, kezaliman dan tiran merajalela di segala lapisan hanya untuk membela diri, keluarga dan kelompoknya, hilang rasa malu hingga keadilan tercampakkan.

Negara sekaya apapun seperti Indonesia, SDA bisa tak menghasilkan berkah bagi rakyat, jika kerusakan building bangsa masif terjadi. Tampaknya, ini yang sedang terjadi pada bangsa Wakanda. Hukum tidak berfungsi mentransformasikan kaidah moral individu-individu bangsa. Tidak dipungkiri reformasi 98 akhirnya merontokkan bangunan fondasi negara. Dasawarsa terakhir begitu dahsyat melanda negeri ini.

Judi dan sebangsanya berseliweran didepan mata ulama, pendeta, pastur, biksu. Jika dulu kalangan tertentu akrab dengan gambar kartu As, King dengan 4 simbol kartu skop, hati, diamond, kriting, dilengkapi Jocker hitam dan merah, dibenaknya terlintas gambar dewa Zeus.

Kini Zeus menggencarkan serangan baru cukup dengan gadget atau laptop bisa menghancurkan anak bangsa di seluruh negeri hingga sekelas menteri. Membiarkan bangsa ini makin terpuruk dalam “kubangan” moral jelas bertentangan dengan nurani bangsa yang diwarisi dari pejuang di masa pergerakan dulu era 1920 an ketika “Bung-Bung”, begitu mempesonakan raja-raja sultan nusantara hingga mereka menitipkan sebuah Wasiat Ampera – Amanat Penderitaan Rakyat kepada para “Bung”.

Semangat kejuangan membuncah di dada para Bung, para Jong nusantara, dan berikrarlah mereka dengan Sumpah Pemuda. Baru beberapa hari kita diingatkan hari peringatan 28 Oktober 1928.

Ironi, setelah 96 tahun dan 79 tahun republik berdiri atas jerih payah dan darah pejuang yang dalam jiwa raganya berani ikrar sumpahan justru kini elitis bangsa terkesan longgar kembalinya penjajahan menyasar fondasi bangsa Indonesia.

Jurus kakek Zeus di 53 kartu remi tak perlu lagi digenggam erat-erat. Cukup nyantai genggam HP orang lain tak tahu bahwa sesungguhnya sedang berjudi untuk mengaut miliaran rupiah. Kopiah santri tak bisa lagi menjadi simbolisasi iman, sebab yang dikepalanya bertengger kopiah hitam bisa jadi lagi menggencarkan serangan judol.

Makin masif serangan moral bangsa, yang namanya judi aliran kepercayaan saja melarang. Apalagi agama, agama apapun. Molimo, ajaran salah satu Wali Songo di era transisi Majapahit ke Kerajaan Demak Bintoro, lima hal yang dilarang agama (Islam).

“Emoh main (tidak berjudi), Emoh ngombei (tidak minum yang memabukkan), Emoh madat (tidak mengisap candu atau ganja), Emoh maling (tidak mencuri atau kolusi), Emoh madon (tidak berzina)”, luar biasa menyerang bangsa Konoha, bukan Indonesia.

Masih tersisa 4 tahun lagi kita selamatkan carachter building bangsa Indonesia, jika tak hendak Indonesia akan lenyap seperti didengungkan Prabowo Subianto beberapa tahun yang lalu, “Tahun 1930 Indonesia akan lenyap”. Bersiagalah.

Judi, agama apapun mengharamkan. Darinya, building bangsa dipreteli, kedaulatan bangsa dan negara (nation building) serta karakter manusia berbudi luhur (nation carachter building) terancam kandas. Terpampang di depan mata, PIK 1, PIK 2 dan PIK – PIK lainnya on progres rancangannya untuk menampung jutaan calon-calon penjajah.

Tak bisa dipungkiri, IKN yang semestinya berdimensi sakral untuk tegaknya monumentasi kejayaan Nusantara ditengarai berbelok arah, tampak jelas gagahnya kepala burung garuda tak lagi berwibawa sebab yang kita temui menunduk lesu.

Sistem Bank Tanah yang ideal memperjuangkan sertifikasi bagi rakyat pribumi ditengarai menjadi instrumen penjajahan baru penguasaan tanah oleh bangsa asing. Permainan dahsyat akan makin berkelindan masuk ranah partai politik yang tak segan lagi mengkamuflase ideologi Pancasila menjadi roh baru liberalis, kapitalis, individualis dan komunisme yang semua roh-roh itu mendewakan uang.

Sesungguhnya, bangsa ini sudah dibekali dengan Program Ampera diamanatkan Presiden Soekarno pada saat Dekrit Pertama Presiden Tahun 1948 di Yogyakarta setelah Soekarno memproklamirkan sebuah Negara berdaulat dan merdeka tahun 1945 dengan menyatukan seluruh rakyat nusantara berdasar motto Sumpah Pemuda.

Generasi milenial mungkin asing dengan Program Ampera. Para perjuang pergerakan dan ahli tatanegara abai pada pesan wasiat Soekarno ini, sebab Wasiat Soekarno yang keujudannya Asset Prasasty Dinasti yang dikenali sebagai Harta Amanah Soekarno yang mulai diproduksikan sejak awal 1951 menguraikan tentang tujuan perjuangan revolusi, semuanya menjurus ke tatanan peradaban baru yang diungkapkan dalam bahasa rakyat Indonesia kala itu dalam pidato Presiden Ir. Sukarno, tetapi juga masyarakat dunia terkagum dengan ungkapan beliau “To Built The World A New”.

Lalu ketika dokumentasi wasiat tidak ditemukan dalam hukum positif Indonesia sementara dunia mencari penerima titipan Wasiat Sukarno ini, lalu apa yang harus dilakukan ketika aset collateral moneter internasional yang tersistem secara digital di zaman teknologi canggih sekarang menjadi tumpuan keuangan internasional WB dan IMF yang berbasis US dollar?.

Terkait Wasiat Soekarno, maka dunia hanya akan mengakui bila ada kaitan dengan darah dagingnya dan ini akan diakui sebagai warisan yang sah dan benar oleh dunia. Sebab, hanya karena darah daging adalah menjadi bukti eksistensi Soekarno dan bukti eksistensi ini yang tercatat dalam sejarah baik sejarah Indonesia maupun dunia.

Karena itu Wasiat Soekarno tidak bisa dipaksakan atau disesatkan dengan ceritera carut marut atau rekayasa atau mistik di luar logika dan akal sehat serta fakta sejarah. Pendek kata, dokumen yang sesungguhnya tersembunyi di tubuh seseorang dan semua terjadi karena kuasa Ilahi.

Ini menjadi fenomenal karena baik di dunia maupun Indonesia sendiri tidak ada bukti secara hukum dan perundangan negara bahwa Soekarno telah meninggalkan harta amanah maupun dana amanah kepada rakyat Indonesia.

Oleh karenanya, untuk membangunkan kebenaran sejati di muka bumi atas isi wasiat Soekarno maka ibarat bagaikan aurat yang terkait langsung dengan adab. Membuka aurat bukanlah perkara yang terlarang malah menjadi suatu tuntutan ketika aurat harus dibuka namun membuka aurat justru bisa menjadi haram dan terlarang bila menyalahi peraturan dan adab.

Membuka atau menuntaskan aset secara bertahap dan berperingkat menurut 4 kategori, yaitu Aset Dinasti, Aset Prasasti Dinasti, Aset Trustee, serta Aset Republik sebagai Asset Monarchy.

Kembali kepada situasi bangsa dan negara yang sudah terjadi kerusakan masif dan sistemik sekarang ini akibat paradigma PRO Judi On Line alias PROJOL yang sangat berpotensi menghancurkan fondasi negara. Jika kita runut kebelakang, UUD 2002 merupakan pintu gerbang serangan fajar rusaknya nation building dan nation carachter building bangsa Indonesia.

Baca juga: Puluhan “Mbah” Diturunkan, Misteri Teror Darah di Asahan Terkuak

Saatnya sekarang ini membangun kembali jiwa raga sebagaimana ikrar heroik sumpah pemuda. Maka patut seluruh rakyat mendukung langkah Presiden Prabowo untuk memberantas judol hingga ke akar-akarnya. Sembari kita persiapkan moda transformasi tatanan baru bangsa dan negara kembali ke UUD 1945 dengan adendum pembenahan di segala segi ekonomi, politik, hukum, apresiasi perkembangan global setelah 79 tahun berjalan negara ini bertumpu pada Sumpah Pemuda.

Jangan sampai bangsa ini terkena kutukan sumpahan Sumpah Pemuda. Jangan pesimis bangsa ini bangsa pilihan Tuhan diwarisi dengan Aset Dinasti Nusantara yang menjadi pendulum untuk membangun karakter building umat sejak Nabi Adam hingga Umat Muhammad kini.

Jika tahun 1959 Ir. Soekarno telah mendekrit (kedua) kembali ke UUD 1945, maka tidak diharamkan untuk kembali lagi dititahkannya negara Republik ini untuk mendasarkan UUD negara ke UUD 1945 lagi, stop UUD 2002. Kembalilah kita ke titah Allah SWT sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Bersandar kita kembali pada sang khalik, Dialah Yang Maha Terdahulu dan Dialah Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah. Insya Allah rakyat akan makmur dan juga sejahtera. (KRO/RD/Setyo PM)