Sriwijaya Air Mata Mengudara Menyapa Langit

116

RADARINDO.co.id-Medan: Terdengar ledakan dahsyat bagaikan petir menghentak gunung. Ratusan nyawa telah menghadap sang khalid. Ribuan bahkan jutaan manusia ikut larut kesedihan musibah pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Sabtu (09/01/2021).

Keluarga korban menyadari perpisahan terakhir untuk selamanya. Sesungguhnya, kematian itu rahasia kecuali hanya Allah SWT yang mengetahui.

Langkah, rezeky, pertemuan dan maut semua milikNya, Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena kematian itu tidak bisa dimajukan atau dimundurkan, ketika ajal telah tiba.


Semoga Allah memberi tempat terbaik disisiNya, serta keluarga yang ditinggalkan selalu mendapat kekuatan dan ketabahan atas musibah yang menimpa pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Demikian ucapan belasungkawa dan duka cita, serta doa atas kejadian awal tahun 2021 yang diposting di beberapa group WA maupun FB.

Berbagai pihak masih terus membantu mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut.

Kesaksian nelayan menyusul Sriwijaya Air hilang kontak, ada ceceran avtur dan serpihan tubuh manusia.

Kapal patroli Kementerian Perhubungan menemukan serpihan daging di lokasi yang diduga menjadi titik jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, di Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2011).

Kapten kapal, Eko, mengatakan, awalnya ia mendapat laporan dari nelayan yang mendengar ledakan seperti suara petir. Lalu pihaknya mengecek ke lokasi.

“Ada ditemuin serpihan-serpihan dari daging, mungkin tubuh dari manusia,” kata Eko seperti dikutip dari TV One.

Bupati Kepulauan Seribu Djunaedi mengatakan, pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak jatuh di sekitar Pulau Laki.

“Betul (di Pulau Laki),” ujar Djunaedi kepada Kompas.com, ketika dikonfirmasi, Sabtu (9/1/2021).

Menurut Djunaedi, peristiwa terjadi pada Sabtu siang sekitar pukul 14.30 WIB. Djunaedi menyatakan bahwa ia menerima informasi tersebut dari pihak kelurahan setempat.

Dari pihak kelurahan ia menerima informasi bahwa seorang nelayan bubu sempat melihat ledakan api dari peristiwa tersebut.

Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bekerjasama dengan BASARNAS dan BPPT mengerahkan kapal canggih milik Indonesia yang bernama Baruna Jaya IV.

Baruna Jaya IV yg dibuat oleh galangan kapal CMN, Cherbourg-Perancis yang di luncurkan pada tahun 1989 dengan GRT1219 ton dan NRT 365 ton, ini akan bergabung dengan tim SAR yang terlebih dahulu diterjunkan untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 seperti diketahui lepas landas (take off) dari Bandara Soekarno Hatta- Cengkareng pada pukul 14.00 Wib.

K/R Baruna Jaya IV yang dinakhodai oleh Kapten kapal Tiur Maida, dilengkapi dengan peralatan canggih berupa Sonar bawah laut untuk mendeteksi keberadaan Black Box (Flight Recorder) hingga kedalaman 2500 m.

Selain itu tim juga sudah mempersiapkan peralatan seperti : Side scan Sonar (SSS) Maggy, ADP dan Pinger Locator.

Kapal ini pernah dipakai untuk mencari pesawat Boeing 737 Adam Air penerbangan 574 di Sulawesi Tenggara pada 2007, pencarian kapal
Ferry Bahuga Jaya di Selat Sunda pada 2012, dan pencarian KM Gurita di Sabang pada 1996.

Selain itu, kapal ini dikerahkan untuk mencari pesawat AirAsia nomor penerbangan QZ8501 yang hilang pada Desember 2014

Pencarian akan difokuskan di Kepulauan Seribu sekitar pulau Laki dan Pulau Lancang yang memiliki kedalaman antara 250 m – 300 m. Kapal yang bergerak pagi tadi Minggu, 10 Jan 2021 diharapkan mampu mendeteksi keberadaan titik jatuh dan puing-puing pesawat.

Musibah telah terjadi, semua pihak terus saja membantu melakukan pencarian. Pesawat Sriwijaya Air mata mengudara menyapa langit meninggalkan duka. (KRO/RD/TIM)