RADARINDO.co.id – Madina : Warga semakin resah lantaran titik semburan lumpur panas di Desa Roburan Dolok, Kecamatan Penyambungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Sumut, terus bertambah.
Dari video yang beredar dan viral di sosial media, disebut semburan itu terjadi di sekitar lokasi pengeboran oleh salah satu perusahaan. Tempat itu seperti ditutupi kabut, yang menandakan lokasi tersebut cukup panas.
Baca juga: Polisi Amankan Dua Remaja Pelaku Tawuran di Belawan
“Beberapa titik air panas lumpur di Desa Roburan Dolok muncul di perkebunan masyarakat, tidak jauh dari lokasi pengeboran perusahaan geothermal/PT SMGP,” tulis narasi dalam video, yang dilihat, Senin (28/4/2025).
Saat ini, jumlah titik semburan terus bertambah dan merambah ke perkebunan masyarakat. Akibatnya, lahan masyarakat tidak bisa dimanfaatkan.
“Masyarakat semakin khawatir, karena lokasi air panas ini bermunculan dan bertambah luas. Sehingga kebunnya tidak bisa dimanfaatkan untuk mata pencaharian mereka,” tulis dalam video viral itu.
Terkait hal tersebut, organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) angkat bicara. Hasil investigasi yang mereka lakukan, air panas dan lumpur sudah muncul selama dua tahun.
Direktur Walhi Sumut, Rianda Purba mendesak, agar pemerintah pusat maupun daerah segera menghentikan pelanggaran HAM yang terjadi.
“Stakeholder/instansi terkait untuk segera menghentikan aktivitas dan mencabut izin PT SMGP. Aparat Penegak Hukum segera mengusut, memproses, dan mengadili pengurus/pelaksana PT SMGP yang memiliki peran dalam pelanggaran HAM tersebut dan segera mengusut tuntas pihak-pihak yang diduga terlibat dalam penyusunan AMDAL dan penerbitan izin PT SMGP,” tegasnya.
Sementara, Coorporate Communication Manager PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP), Agung Iswara, membantah bahwa semburan tersebut dari operasi perusahaan mereka.
Agung Iswara mengatakan, pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mandailing Natal telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi manifestasi yang ditampilkan dalam video viral itu, Rabu (23/4/2025) lalu.
“Hasilnya menunjukkan bahwa titik manifestasi tersebut berada di lokasi lain di Desa Roburan Dolok dan tidak berada di area sumur Pad-E PT SMGP,” ucapnya.
Sementara lanjtnya, manifestasi yang berada di sekitar area Pad-E merupakan fenomena alamiah yang telah terpantau sejak tahun 2021. “Manifestasi ini tidak memiliki hubungan langsung dengan sumur-sumur pada Wellpad E,” tegasnya.
Baca juga: BPK Sebut Kerugian Negara Kasus PT Taspen Capai Rp1 Triliun
Diterangkannya, Sumur-sumur tersebut telah dibor sejak tahun 2017 dan hingga saat ini belum pernah berhasil mengalirkan uap ataupun fluida panas bumi dengan tekanan kepala sumur 0 Barg atau tidak bertekanan.
“Saat ini tidak ada aktivitas produksi, sehingga sumur-sumur tersebut tidak berkaitan dengan fenomena manifestasi yang dilaporkan,” jelasnya.
Agung menuturkan, semburan lumpur tersebut merupakan fenomena alam yang umumnya terjadi di wilayah panas bumi. (KRO/RD/Trb)