Dampak El Nino, FAO Serukan Setiap Negara Akan Hadapi Krisis Pangan Beras Naik

73

RADARINDO.co.id – Medan : Berdasarkan kajian ilmiah, El Nino umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia. Dampak El Nino tergantung pada (a) Intensitas El Nino, (b) Durasi El Nino, (c) Musim yang sedang berlangsung.

Dampak El Nino di Indonesia umumnya terasa kuat pada musim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juli-Agustus-September-Oktober. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bulan tersebut.

Baca juga : Pemkab Batu Bara Fasilitasi Pemulangan Jenazah TKI Meninggal di Malaysia

Terlebih lagi, ada banyak wilayah di Indonesia yang akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan-bulan tersebut. Berdasarkan prediksi curah hujan bulanan BMKG, beberapa wilayah akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0-100 mm/bulan).

Utamanya pada Agustus-September-Oktober, meliputi Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.

Hari Pangan Sedunia di Roma tahun 2022, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menyerukan kepada semua negara di dunia tentang adanya kemungkinan akan menghadapi kritis ketahanan pangan global sehingga setiap negara perlu berupaya mengatasi masalah pangan.

Krisis ketahanan pangan global bisa saja memburuk dan semakin tingginya jumlah orang yang berisiko mengalami kelaparan terutama di negarq Asia bahkan Afrika.

Pada tahun 2023 ketahanan pangan global menghadapi ancaman dari berbagai arah, dengan melambungnya harga pangan, energi, pupuk serta masalah iklim dan masih adanya konflik perang yang berkepanjangan antara Ukraina dan Rusia.

Kenaikan harga beras di India sekitar 11%, Pemerintah India membuat kebijakan untuk meredam lonjakan harga beras melarang ekspor beras sejak bulan Juli 2023. Bisa saja kebijakan tersebut berdampak baik bagi India, tapi di sisi global bisa saja kebijakan tersebut bisa menimbulkan gejolak di skala global, karena India termasuk jajaran eksportir beras terbesar di dunia, bahkan menyumbang 40% dari total ekspor beras global.

Jika mengutip data dari United States Department of Agriculture (USDA), pada tahun perdagangan 2022, India mengekspor beras sebanyak 22,5 juta ton, menjadikan India sebagai negara eksportir nomor satu di dunia.

Baca juga : Raih Opini WTP 5 Kali Berturut, Pemkab Batu Bara Terima Penghargaan dari Pemprovsu

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2022 India juga menjadi pemasok beras impor terbesar bagi Indonesia. Sepanjang tahun lalu, Indonesia mengimpor beras dari India sekitar 178 ribu ton, setara 41% dari total volume impor beras nasional. Jika lihat data BPS tahun 2021 juga, impor beras Indonesia paling banyak dari India mencapai 215,38 ribu ton, terbesar kedua dari  Thailand dan Vietnam sebanyak 69,36 ribu ton dan 65,69 ribu ton.

Pemerintah Vietnam akan mengurangi ekspor berasnya, tentu kebijakan ini mengejutkan bagi negara-negara pengimpor beras, kita tahu bahwa Indonesia juga mengimpor beras dari Vietnam.

Alasan utama mengapa pemerintah Vietnam mengurangi ekspor berasnya karena untuk memastikan ketahanan pangan di dalam negerinya dalam menghadapi perubahan iklim.

Kebijakan Pemerintah Thailand menghimbau dan menyerukan kepada para petani di negaranya agar petani mengurangi menanam padi, saat ini perubahaan iklim yang tidak menentu, menghadapi musim kemarau yang lebih panas dari tahun sebelumnya.

Petani harus menghemat pemakaian air, kebutuhan air untuk tanaman padi sangatlah besar sehingga petani lebih baik menanam komoditi lainnya yang kebutuhan airnya lebih sedikit. Kebijakan Pemerintah Thailand ini juga bisa diprediksi bisa mempengaruhi pasar beras global.

Data impor beras tahun 2022 menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor beras sebanyak 429.207 ton, meningkat 5% dibanding dengan tahun sebelumnya.

Pemerintah harus berhati-hati dalam menghadapi dampak El Nino, di mana kondisi kering dan berkurangnya curah hujan di akhir tahun 2023, Pemerintah sudah menugaskan Perum Bulog untuk menjaga stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 2,2 juta ton, beras bisa diserap dari petani dan juga bisa lewat impor.

Tahun 2023, beras impor yang sudah masuk ke Indonesia sebanyak 500 ribu ton untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 300 ribu ton untuk menghadapi perubahan iklim El Nino. Dengan adanya kebijakan stop ekspor dari India.

Demikian juga Vietnam yang mengurangi ekspor berasnya dan juga Thailand yang membatasi petaninya untuk menanam padi bisa mempengaruhi stok beras di Indonesia, harapan kita bersama adalah bahwa produksi beras nasional bisa memenuhi kebutuhan untuk 272 juta jiwa, sesuai dengan yang pernah dinyatakan oleh Pemerintah bahwa Indonesia sudah 3 tahun surplus.

Mengenai harga beras tahun 2023, jika kita lihat data berdasarkan Kementerian Perdagangan, harga beras di Indonesia terus naik sepanjang kuartal pertama tahun 2023. Bulan Maret 2023, secara umum harga beras Premium secara nasional rata-rata adalah Rp13.713 per kilogram, menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Baca juga : Ketua Umum IMO Yakub Ismail Didaulat Pimpin Apindo Banten Periode 2019-2024

Demikian juga harga beras Medium terjadi kenaikan di Bulan Maret 2023, rata-rata harga beras medium sebesar Rp11.869 per kg, harga termahal sejak tahun 2018. Sesuai dikutip dari tulisan, Tonny Saritua Purba, merupakan praktisi dan pengamat pertanian.

El Nino umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di seluruh tanah air, terasa kuat pada musim kemarau di bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober. Prediksi BMKG wilayah mengalami curah hujan dengan kategori rendah  (0-100 mm/bulan) meliputi beberapa di beberapa provinsi. (KRO/RD/Berbagai Sumber)