Rekanan “Tak Jelas”, Kepala Bangunan Jual Sepeda Motor untuk Bayar Upah Pekerja

74

RADARINDO.co.id – Batu Bara : Seorang Kepala Bangunan Laboratorium Komputer di UPTD SDN 02 Kecamatan Laut Tador, Kabupaten Batu Bara, terpaksa menjual sepeda motor miliknya demi bisa membayar upah kerja anggotanya.

Baca juga : Kejagung Periksa Eks Dirut PT Jasa Marga Terkait Dugaan Korupsi Tol Japek

Hal itu harus dilakukan AP (50), lantaran pihak CV Azra MRP selaku rekanan pemilik proyek pemerintah tersebut tak kunjung membayar upah para pekerja bangunan. Alhasil, sebagai kepala bangunan, AP harus menanggulangi dan membayar upah rekan-rekan sesama pekerja bangunan itu.

“Saya dan keluarga akan malu kalau sampai disebut penipu atau pembohong, macam mana lagi. Uang hasil penjualan kereta (sepedamotor), ya aku gunakan untuk membayar ongkos kenek bangunan,” ungkap AP, Senin (07/8/2023) lalu.

Menurut AP, sudah menjadi tanggungjawabnya untuk membayar upah anggota kerjanya, apalagi upah itu nantinya  akan mereka gunakan untuk biaya makan keluarga dan kebutuhan dan anak sekolah.

Diceritakan AP, sebelumnya dirinya dan kawan-kawan diminta untuk mengerjakan bangunan laboratorium di Unit Pelaksana Teknis Dinas Sekolah Dasar Negeri (UPTD SDN) 02, Desa Tanjung Seri, Kecamatan Laut Tador, Kabupaten Batu Bara, oleh rekanan.

“Aku heran, mengapa upah para pekerja pada pemborong atau rekanan lain tidak ada masalah dan selalu lancar. Yang bikin jengkel lagi, selalu saja sulit untuk dihubungi,” terang AP menahan amarah.

Baca juga : Kejagung Periksa Direktur PT ILM Terkait Dugaan Korupsi Komoditi Emas

Menurut AP, dirinya sudah banyak berutang karena bahan material bangunan yang kerap tersendat datangnya, sehingga bangunan tidak dapat selesai tepat waktu.

“Upah kami semua Rp 25 juta, dan pekerjaan sudah hampir selesai. Mau diselesaikan bahannya gak ada, sehingga waktu kami banyak terbuang hanya menunggu bahan bangunan datang. Baru kali ini aku ikut pemborong sampai harus menjual kereta untuk membayar upah kenek,” keluh AP. Salah seorang pekerja bagian intalasi juga sempat mengeluhkan hal yang sama. “Kerja mau cepat selesai, bahan tersendat-sendat, minta upah terkesan seperti pengemis. Kita-kita ini sudah tua loh. Uang itu untuk beli beras bukan beli emas,” ujarnya. (KRO/RD/TIM)