RADARINDO.co.id-Medan: Usai terkena Skandal korup gula sebesar Rp571, 8 Miliar, PT KPBN kembali menjadi sorotan publik. Penyidik kembali “intai” perusahaan plat merah ini memiliki beban perusahaan dan utang berjumlah besar. Hal ini membuat sejumlah kalangan mengaku kaget. Apalagi utang jangka pendek dan panjang serta beban perusahaan nyaris tidak mengimbangi volume pendapatan dari penjualan.
Kasus dugaan korupsi yang melibatkan mantan Direktur Utama (Dirut) PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, Edward Dudie (ED) dan kawan -kawan resmi ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi sebesar Rp571 miliar oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat.
Baca juga : Kejagung Tetapkan Anak Perusahaan Duta Palma Group Tersangka Korupsi
Kasus tersebut tidak hanya menetapkan mantan Dirut dan Kabag saja. Tidak tertutup kemungkinan ada oknum lain yang turut serta sehingga terjadinya rekayasa transaksi pembelian gula.
“Borok” PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT. KPBN) akhirnya terungkap, korupsi transaksi pembelian gula sehingga merugikan negara sebesar Rp571.860.000.000 agar menjadi pintu masuk bagi Aparat Penegak Hukum guna melakukan penyelidikan dan penyidikan beban belanja dan utang piutang dan dugaan kerugian perusahaan.
“Publik sangat berharap, laporan keuangan PT. KPBN harus diusut tuntas diduga terjadi rekayasa. Tidak tertutup kemungkinan kerugian uang negara jauh lebih besar dari rekayasa transaksi pembelian gula,” ujar sumber belum lama ini.
Mantan Direktur Utama PT. KPBN sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi transaksi pembelian gula antara PT Kharisma Pemasaran Bersama dengan PT Agro Tani Nusantara periode tahun 2020 sampai dengan 2021. Oleh karena itu, pembelian tahun 2018 dan 2019 harus diusut tuntas.
Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat, Safrianto Zuriat Putra mengatakan PT KPBN yang merupakan anak perusahaan PTPN III, PTPN IV, PTPN V dan PTPN XII telah lama dicurigai melakukan rekayasa laporan keuangan.
Praktek ini diduga melibatkan sejumlah oknum pejabat tinggi di BUMN. Oleh karena penyidik tidak boleh kalah dengan pejabat korup yang sudah “gerogori” uang negara.
“Salah satu perbuatan melawan hukum sehingga mantan Dirut PT. KPBN Edward Dudie menjadikan tersangka karena tidak menerapkan Good Corporate Governance dalam Trading Gula Kristal Putih (GKP). Sehingga terjadi dugaan tindak pidana korupsi transaksi pembelian gula antara PT KPBN dengan PT ATN periode tahun 2020 sampai dengan 2021, ujar Safrianto, Selasa (21/11/2023).
Selain menetapkan mantan Dirut PT. KPBN penyidik juga menetapkan DIA selaku Kabag Pengembangan Bisnis Teh PT KPBN sebagai tersangka lantaran diduga tidak melakukan verfikasi keberadaan, fisik, dan volume GKP dalam perkara.
Tersangka ES dan DIA bersama-sama dengan para tersangka lainnya yang sudah dilakukan penahanan sebelumnya RA, HS, dan HRJ yang mengakibatkan kerugian keuangan negara sebesar Rp571.860.000.000.
Tersangka ES dan DIA disangka melanggar Pasal 2 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, Pasal 3 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, dan Pasal 15 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-08/MBU/ 12/2019 tentang pedoman umum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa Badan Usaha Milik Negara.
Sumber meminta penyidik mendalami aliran dana PT. KPBN diduga rekayasa sehingga berpotensi rugikan negara. Dikatanya, laporan keuangan PT. KPBN diantaranya penjualan CPO milik PTPN4 melalui KPBN yang tersertifikasi RSPO pada bulan Januari sampai Desember 2022 sebanyak 189.675.370 ton (harga Rp112 per kg) atau sebesar Rp21.161.453.630 dan PKO bulan Januari sampai Desember 2022 sebanyak 24.107.800 ton (harga Rp1093/ kg) atau sebesar Rp26.340.108.340.
PTPN4 sebagai pemilik saham di PT. KPBN tahun 2022 sebesar Rp16,1 miliar dengan pencatatan laba Rp7,4 miliar atau 12,65%. Selain itu, terjadi penggabungan saham ditubuh manajemen PT. KPBN memborong saham yakni PT. SAN (16,152%) dan PT. ESW (12,65%).
“Direktur Utama PT. ATN, HRS selaku mantan Direktur Utama PT.ATS sekaligus Direktur Utama PT. CAT, dan RA selaku SEVP Operation PT. KPBN 2019-2021,” ujar sumber dengan tegasnya.
Ditambahkannya, dana PT. KPBN kepada manajemen PTPN4 mencatat piutang KPBN tahun 2021 sebesar Rp398.942.000. Utang usaha tahun 2021 sebesar Rp2.854.297.456 dan tahun 2022 sebesar Rp1.598.150.624. Utang lain -lain tahun 2021 sebesar Rp10.010.145.674 dan tahun 2022 sebesar Rp9.151.805.843. Serta liabilitas kontrak tahun 2021 sebesar Rp4.921.730.400 dan tahun 2022 sebesar Rp4.569.889.930.
Kemudian PTPN 3 menerima pendapatan dari kelompok usaha berdasarkan komoditas. Seluruh pendapatan untuk produk sawit, karet, gula, teh, dan gula tetes yang dilakukan PT. KPBN dan Holding Entitas anak perusahaan yang dibentuk oleh kelompok usaha.
Edisi sebelumnya media online ini mengulas informasi tercatat Produk kelapa sawit tahun 2021 sebesar Rp31.260.279.500.086 dan tahun 2022 sebesar Rp32.732.126.643.063. Produk tanaman lainya tahun 2021 sebesar Rp9.856.569.303.419 dan tahun 2022 sebesar Rp11.171.171.320.980.
Produk karet tahun 2021 sebesar Rp4.849.584.278.922 dan tahun 2022 sebesar Rp4.139.258.055.860. Pendapatan lainnya tahun 2021 sebesar Rp7.603.228.683.036 dan tahun 2022 sebesar Rp7.829.146.344.575.
“Total pendapatan tahun 2021 sebesar Rp53.569.661.765.461 dan tahun 2022 sebesar Rp55.863.302.364.478,” ungkap sumber.
Selain itu, terdapat aliran dana piutang PTPN2 kepada PT. SAN yang merupakan kepemilikan saham PT.KPBN tahun 2020 sebesar Rp5.974.404.823 dan tahun 2021 sebesar Rp3.865.422.912. Sedangkan PTPN2 mencatat piutang ke PT.KPBN dalam bentuk jangka pendek tahun 2020 sebesar Rp11.041.634.697 dan tahun 2021 sebesar Rp4.165.145.783.
PT. KPBN tahun 2022 mencatat dalam pembukuan total pendapatan sebesar Rp3,56 triliun yang diperoleh dari trading komoditas. Kontribusi terbesar dari trading gula sebesar Rp2,15 triliun dan CPO sebesar Rp1,38 triliun, dengan penjualan sebesar 184.797 ton gula dan 120.438 ton CPO.
Jika dibandingkan tahun 2021 maka penjualan meningkat dari pendapatan trading komoditas sebesar Rp2,30 miliar dengan kontribusikan terbesar trading CPO sebesar Rp1,24 triliun dan trading gula sebesar Rp980,46 miliar dengan penjualan sebesar 114.077 ton CPO dan 94.120 ton gula.
Selain itu, PT. KPBN mendirikan perusahaan perdagangan untuk merebut pasar lokal maupun internasional, memperluas
jaringan mitra dagang, serta meningkatkan perdagangan secara berkelanjutan. Mendirikan PT Kurnia Multi Komoditas (KMK) sebagai entitas anak perusahaan pada 2018 bertujuan mendukung kegiatan ekspor sawit sebagai komoditas andalan.
Trading ekspor akan terus mencari Sourcing swasta maupun New Buyer melalui optimalisasi kinerja PT KMK dan KPB Trading Ltd (Singapura) sebagai entitas anak perusahaan. Selain produk sawit dan turunannya, kegiatan trading juga dilakukan pada komoditas teh, dengan mengoptimalkan peran KPB Trading Ltd. di Singapura. PT KPBN juga melakukan impor teh untuk kebutuhan Blending dan pasokan kontrak LTC kepada sejumlah pembeli.
Terhadap jasa Logistik transportasi atau pengangkutan melalui Freight dan Trucking dilakukan PT. KPBN Logistik, sedangkan kegiatan pasca penjualan tender produk PTPN Group, terutama pengurusan administrasi ekspor dan lokal melalui Custom Clearance.
Hal ini dilakukan PT. KPBN Cabang Medan, Surabaya, dan Kantor Pusat Jakarta. Segmen ini mulai beroperasi pada 2013 dan dikembangkan pada 2018. Adanya merger antara PT Sarana Agro Nusantara dan PT ESW Nusantara Tiga, di mana PT. PKBN jadi Surviving Company. Maka pendapatan logistik dari PT. ESW menjadi pendapatan Logistik.
Tahun 2022 PT. KPBN berhasil membukukan pendapatan usaha logistik senilai Rp26,3 miliar terdiri atas jasa Logistik transportasi eks PT ESW sebesar Rp17,1 miliar dan jasa Logistik transportasi cabang sebesar Rp9,2 miliar. Namun kinerja menurun sebesar 60,7% dibandingkan tahun 2021 mampu meraup pendapatan sebesar Rp66,9 miliar.
Terjadi penurunan seiring pendapatan PT. ESW terutama disebabkan karena kegagalan mengikuti tender pengangkutan di PTPN IV. Sehingga biaya investasi pengadaan truk dialihkan menjadi investasi Boiler Cangkang.
“Pengalihan biaya pengadaan truk yang dialihkan untuk investasi Boiler Cangkang terindikasi tidak sesuai peraturan perundangan undangan yang berlaku, sehingga berpotensi rugikan perusahaan. Dana tersebut sampai saat ini entah parkir dimana”, ujar sumber RADARINDO.co.id dengan penuh keheranan.
Harga pokok penjualan Logistik transportasi tercatat sebesar Rp22,3 miliar, sehingga perusahaan memperoleh margin kotor sebesar 15,4% atau senilai Rp4,1 miliar.
Yang dimaksud dengan segmen Fast Moving Consumer Goods (FMCG) adalah produk hilir yang diproduksi perusahaan berupa produk Retail kemasan dalam brand Walini, meliputi kemasan teh, beras, minyak goreng, kopi jagung, gula, kedelai dan lainnya.
PT. KPBN membentuk divisi mengelola kegiatan penjualan dan produk ritel Walini pada tahun 2019. Anehnya, bisnis FMCG dari Holding
Perkebunan Nusantara tahun 2022 telah dibekukan sehingga tidak membukukan transaksi penjualan.
“Apa alasan yang mendasar sehingga dibekukan. Meski Board of Management memutuskan untuk fokus pada lini usaha yang mampu
memberikan kontribusi margin tinggi, seperti trading CPO dan tangki timbun,” lanjut sumber.
Terdapat pengadaan truk gagal kemudian dialihkan untuk investasi lain. Kedua kegagalan ini layak dicurigai diduga terjadinya pemborosan anggaran keuangan perusahaan.
PT. KPBN pada periode tahun 2021, mencatat menyumbang pendapatan sebesar Rp20,01 miliar. Pendapatan dari Tangki timbun tempat penyimpanan CPO yang disewakan kepada konsumen, baik dari PTPN maupun pihak swasta. Dimana PT. KPBN telah mengoperasikan tangki timbun di Belawan dan Dumai.
Laporan keuangan tahun 2022 tangki timbun memberikan berkontribusi sebesar sebesar Rp177,54 miliar, terdiri tangki timbun Belawan sebesar Rp111,01 miliar dan Dumai sebesar Rp66,53 miliar. Segmen menjadi margin driver dari harga pokok penjualan sebesar Rp74,35 miliar, memperoleh margin kotor sebesar Rp103,19 miliar.
Laporan keuangan PT. KPBN dan entitas anaknya atas jumlah aset pada tahun 2022 sebesar Rp1,4 triliun dan meningkat menjadi sebesar Rp1,1 triliun per 31 Desember 2021. Pertumbuhan aset lancar sebesar Rp939,1 miliar disebabkan adanya pembelian dari pihak berelasi pembelian CPO. Jumlah aset tidak lancar sebesar Rp461,8 miliar yang disebabkan adanya penurunan jumlah aset pajak tangguhan.
Laporan Keuangan Tahun 2021-2022 Diduga Rekayasa
Masyarakat Indonesia harus berani angkat bicara, laporan keuangan PT. KPBN sejak tahun 2021 – 2022 harus diuji kebenarannya sesuai fakta dan realisasi beban belanja dan utang dan piutang. Aliran dana tersebut dicurigai diduga terjadi penyalahgunaan secara tidak wajar.
Disebutkan perusahaan telah menyediakan layanan yang menjangkau rangkaian suplai industri perkebunan, khususnya bidang pemasaran produk komoditas untuk penanganan produk, pengelolaan gudang, fasilitas penyimpanan, bongkar muat.
PT. KPBN memiliki dua anak usaha fokus pada bidang logistik dan perdagangan komoditas, yaitu PT KPBN Logistik yang kini berganti nama jadi PT KPBN Niaga pada 8 September 2020 dan Kurnia Multi Komoditas. Selain itu, menjadi surviving company dalam merger antara PT Sarana Agro Nusantara (SAN) dan PT ESW Nusantara Tiga pada 14 Desember 2021.
Terdapat beberapa perdagangan besar diantaranya beras, gula, cokelat, kembang gula. Buah mengandung minyak, seperti kelapa dan kelapa sawit, bibit buah yang mengandung minyak. Minyak dan lemak nabati, termasuk margarin, produk berbahan dasar lemak nabati. Perdagangan kopi, teh, dan kakao.
Perdagangan serat atau fiber, tekstil, dan batu mulia seperti berlian, intan, safir dan lainya. Bahan makanan dan minuman hasil pertanian lainnya, seperti tanaman bumbu dan rempah-rempah. Buah-buahan seperti jeruk, apel, pir dan mangga.
Terdapat usaha pergudangan dan penyimpanan barang sementara sebelum barang tersebut dikirimkan ke tujuan akhir dengan tujuan komersial. Termasuk angkutan bermotor untuk barang umum yang dapat mengangkut lebih dari satu jenis barang, seperti angkutan truk, pick up, bak terbuka dan bak tertutup.
Angkutan bermotor untuk barang khusus mengangkut satu jenis barang, seperti angkutan bahan bakar minyak, minyak bumi, hasil olahan, gas alam seperti LPG, LNG, dan CNG, angkutan barang berbahaya dan beracun. Angkutan barang alat-alat berat, angkutan peti kemas, angkutan tumbuhan hidup, angkutan hewan hidup, dan angkutan kendaraan bermotor.
Baca juga : PTPN XIII Lakukan Penyambungan Baru Listrik Sebesar 1.110.000 VA
PT. KPBN menyebutkan terdapat penjualan tahun 2021 dan 2022 antara lain:
- Kontrak CPO tahun 2022 di bursa MDEX bergerak melemah sebesar 15% dibandingkan awal tahun 2021. Harga sebesar 38% sepanjang tahun 2022, dengan harga terendah CPO C1 MDEX menyentuh RM3.144/ton. Sedangkan
harga tertinggi mencapai RM8.163/ton pada 1 Maret 2022. - Penurunan harga CPO disebabkan melemahnya daya beli akibat inflasi. Selain itu, situasi Covid-19 di RRC dan konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, kebijakan moratorium ekspor CPO Indonesia selama hampir satu bulan atau sejak 28 April–22 Mei turun. Pencapaian produksi CPO tahun 2022 sebesar 46,729 juta ton, lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2021 sebesar 46,888 juta ton.
- Total konsumsi dalam negeri pada 2022 mencapai 20,968 juta ton, lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar 18,422 juta ton.
Konsumsi kelapa sawit pada 2022 didominasi untuk industri pangan sebesar 9,94 juta ton, diikuti biodiesel sebesar 8,842 juta ton dan industri oleokimia sebesar 2,185 juta ton. - Jumlah ekspor produk minyak sawit CPO, olahan, dan turunannya pada 2022 mencapai 30,803 juta ton, menurun dari tahun 2021 sebesar 33,674 juta ton. Meski demikian, nilai ekspor sawit mengalami kenaikan dari US$35,5 miliar tahun 2021 menjadi US$ 39,3 miliar tahun 2021 karena harga produk sawit tahun 2022 relatif lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
- Total penjualan CPO menurun 12,63% dari sebesar Rp12.098.285 juta pada tahun 2021 menjadi sebesar Rp10.570.697 juta pada tahun 2022. Harga rata-rata penjualan berdasarkan penutupan kontrak tahun tahun 2022 sebesar Rp12.600/kg, meningkat 9,53% dibandingkan pada tahun 2021 sebesar Rp11.504/kg.
- Total penjualan Palm Kernel pada tahun 2022 tercatat sebesar 125.524 ton, lebih rendah 8,8% dibandingkan tahun 2021 sebesar 137.624 ton. Nilai penjualan PK juga melemah sebesar 14% dari sebesar Rp925.765 juta pada tahun 2021 menjadi sebesar Rp797.535 juta pada tahun 2022.
- Harga penjualan berdasarkan penutupan kontrak pada tahun 2022 mencapai sebesar Rp6.354/kg, lebih rendah 6% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp6.766/kg. Palm Kernel Meal Pasar komoditas Palm Kernel Meal menunjukkan pelemahan kinerja tahun 2022 dengan penjualan PKM tercatat sebesar 74.005 ton, lebih rendah 19,6% dari capaian pada 2021 sebesar 92.100 ton.
- Penjualan PKM mencapai Rp134.278 juta tahun 2022, melemah 0,41% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp134.827 juta. Adapun harga rata-rata penjualan berdasarkan penutupan kontrak tahun 2022 mencapai sebesar Rp1.814/kg, lebih tinggi 24% dari tahun 2021 sebesar
Rp1.464/kg. Pasar komoditas Palm Kernel Oil menunjukkan peningkatan kinerja dengan total penjualan sebesar 20.898 ton, meningkat 43,1% dibandingkan tahun tahun 2021 sebesar 14.600 ton. - Penjualan PKO mengalami kenaikan sebesar 38% menjadi Rp331.312 juta
pada tahun 2022, dari Rp239.485 juta pada tahun 2021. Penjualan berdasarkan penutupan kontrak pada tahun 2022 sebesar Rp15.854/kg, melemah tipis 2% dibandingkan tahun tahun 2021 sebesar Rp16.181/kg. - Tahun 2022, harga karet alam secara global pelemahan karena terdampak oleh penurunan aktivitas pabrik di RRC akibat Lockdown selama bulan Oktober –November 2022. Harga karet TSR20 di pasar global sepuluh tahun terakhir menurun sejak mencapai puncak tertinggi pada 2011 sebesar US$Cts575/kg, berada di bawah ambang batas harga normatif tercatat sebesar US$Cts230/kg.
- Penjualan Karet merupakan komoditas, produksi terbanyak kedua setelah kelapa sawit mencapai 3,14 juta ton tahun 2022, terdiri atas 97% berupa karet remah serta 3% lainnya berupa karet lembaran asap bergaris (ribbed smoked sheet/RSS) dan lateks pekat.
- Penjualan teh, baik jenis Orthodox maupun Crushing, Tearing & Curling tercatat sebesar 17.155 ton tahun 2022, lebih rendah 8,2% dari tahun 2021 sebesar 18.678 ton. Nilai penjualan teh secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 9,69% menjadi sebesar Rp300.113 juta dan tahun 2022, dari sebesar Rp332.329 juta tahun 2021. Penjualan berdasarkan penutupan kontrak tahun 2022 secara gabungan, baik jenis Orthodox maupun CTC,
sebesar Rp17.494/kg, melemah tipis 0,60% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp17.600/kg. - Penjualan Tetes tebu (molases) merupakan produk samping dari industri gula. Sepanjang tahun 2022, harga tetes di tingkat global mengalami pelemahan sebagai dampak dari situasi pandemi di level domestik dan global. Produksi tahun 2022 meningkat sebesar 1,0 juta ton menjadi 66,8 juta ton berdasarkan tahun tanam lokal. Penurunan harga sepanjang tahun 2022. Penjualan tetes melalui menurun 53,58% menjadi 108.800 ton tahun 2022, dari jumlah 234.400 ton pada tahun 2021. Total penjualan tetes mengalami penurunan sebesar 54,04% menjadi sebesar Rp241.999 juta dari sebesar Rp526.488 juta pada tahun 2021. Harga penjualan tetes berdasarkan penutupan kontrak pada tahun 2022 mencapai sebesar Rp2.224kg, melemah 0,97% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp2.246/kg.
- Defisit gula sekitar 3,8 juta ton yang harus dipenuhi dari impor. Adapun dari asumsi pertumbuhan kebutuhan gula untuk industri makanan dan minuman, diproyeksikan terjadi peningkatan sekitar 5-7% per tahun. Penjualan gula melalui menurun signifikan hingga 52,40% menjadi 77.500 ton, dari 162.800 ton pada tahun 2021. Penjualan menurun hingga 47,87% dari sebesar Rp1.740.126 juta pada tahun 2021
menjadi sebesar Rp907.064 juta pada tahun 2022. Harga penjualan berdasarkan penutupan kontrak pada tahun 2022 mencapai sebesar Rp11.704/kg, menguat 9,50% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp10.689/kg. - Kopi menjadi salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia. Trading kopi juga terdampak oleh pemberlakuan Peraturan Direksi Holding terkait
pedoman pemasaran produk komoditas di lingkungan PTPN Group. - Penjualan Kakao di Indonesia mengalami penurunan 3,03% menjadi 667,3 ribu ton pada tahun 2022 karena banyaknya pohon kakao yang sudah berumur tua dan tidak lagi produktif.
Industri pengolahan kakao mampu menyumbang devisa hingga lebih dari US$1 miliar pada tahun 2020 dan 2021. - Beras termasuk produk pengembangan bisnis bagi perusahaan. Hingga akhir tahun 2022, belum menemukan jaringan pemasok dengan harga kompetitif dan buyer potensial yang menjanjikan, sehingga tidak ada transaksi penjualan beras pada tahun 2022. Namun demikian tahun 2021 perusahaan membukukan pendapatan trading beras sebesar Rp348 juta.
- Trading pupuk termasuk lini usaha insidental bagi. Tidak tercatat adanya transaksi penjualan pupuk tahun 2022. Sedangkan pendapatan tahun 2021 sebesar Rp63,34 miliar.
- Imbal jasa keagenan terdiri atas lini usaha imbal jasa dan fee bursa non PTPN. Sebagian produksi telah diserap oleh industri hilir, baik milik PTPN Group atau dalam bentuk kerja sama dengan pihak
ketiga, sehingga perusahaan tidak mengelola seluruh penjualan produk imbal jasa dari PTPN Group.
Hingga akhir Desember 2022, pendapatan imbal jasa tercatat sebesar Rp35,3 miliar atau menurun 19,97% dari perolehan tahun 2021 sebesar Rp44,1 miliar. - Standar global penjualan minyak sawit berkelanjutan dengan mempromosikan produk bersertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Penjualan komoditas dari pabrik kelapa sawit dan kebun-kebun milik PTPN yang telah bersertifikat RSPO. Produk yang dijual dapat berupa sertifikat fisik (Mass Balance) atau sertifikat non fisik (Book & Claim). Jasa penjualan minyak sawit bersertifikat RSPO, baik Mass Balance maupun Book & Claim, untuk industri. Pendapatan dari segmen sertifikasi RSPO pada tahun sebesar 2022 adalah nihil, sedangkan tahun 2021 sebesar Rp2,6 miliar.
Lebihlanjut dikatakan, terdapat beban belanja dan utang PT KPBN tahun 2021 dan 2022 yang diragukan sehingga perlu dipertanyakan diantaranya adalah:
- Uang muka pembelian kepada pihak Ketiga tahun 2021 sebesar Rp28.239.056.365 dan tahun 2022 sebesar Rp12.801.067. 296.
- Pihak berelasi tahun 2021 sebesar Rp29.152.867.716 dan tahun 2022 sebesar Rp133.511.083.257.
- Utang bank Jangka Pendek, utang usaha, utang lain -lain, biaya yang harus dibayar, liabilitas kontrak, utang dividen, utang pajak, imbalan karyawan dan lainya tahun 2021 total sebesar Rp4 58.762.638.942, dan tahun 2022 sebesar Rp896.781.392.650.
- Utang jangka panjang untuk liabilitas sewa, uang jaminan, liabilitas imbalan kerja karyawan dan lain-lain tahun 2021 Rp359.729.332.572 atau total tahun 2021 sebesar Rp818. 491.971.514, dan tahun 2022 sebesar Rp102.095.607.982 atau total tahun 2022 sebesar Rp998.877.000.632.
- Beban pemasaran dan penjualan tahun 2021 sebesar Rp12.570. 497.361 dan tahun 2022 sebesar Rp14.370.565.352.
- Beban umum dan administrasi tahun 2021 sebesar Rp117.609.544.141 dan tahun 2022 sebesar Rp118.404.248.258.
- Beban pendapatan operasi lain tahun 2021 sebesar Rp33.302.708.115 dan tahun 2022 sebesar Rp76.174,719.586.
- Beban operasi lain tahun 2021 sebesar Rp262.191.584.162 dan tahun 2022 sebesar Rp26.498.675.099.
- Total Kerugian perusahaan komprehensif tahun berjalan setelah pajak tahun 2021 sebesar Rp199.405.799.456 dan kerugian merging entities pemilik entitas tahun induk tahun 2021 sebesar Rp1.078.693.690 atau total kerugian tahun 2021 sebesar Rp200.484.493.146 dan rugi tahun 2022 sebesar Rp114.163.039.080.
“Dugaan kerugian tersebut mengundang tanda tanya, terindikasi tidak wajar sesuai tercatat dalam laporan keuangan. Karena itu, nilai kerugian perusahaan diduga rekayasa,” ungkap sumber.
Hingga berita ini dilansir, PT. KPBN yang sudah mendapat surat konfirmasi berita belum bersedia menjelaskan sesuai materi yang dimohonkan. (KRO/RD/TIM)