RADARINDO.co.id-Medan: Rekam jejak pengungsi asal Hazara dari negara Afghanistan di Medan, layak mendapat perhatian pemerintah pusat maupun Pemprov Sumut.
DPRDD dan Pemprov Sumut maupun NHHCR sudah semestinya menaruh perhatian khusus melakukan penyelamatan kemanusiaan.
Baca juga : Balita Dipatuk Ular Weling Akhirnya Meninggal Setelah Koma 5 Hari
Diperkirakan 500- an orang pengungsi Afghanistan itu kini dalam kondisi memprihatinkan. Mulai tempat tinggal, makan, pendidikan dan kesehatan.
Bahkan disebutkan, mereka para pengungsi berada di tempat penampungan sudah lebih kurang 9 tahun di Medan.
Tidak boleh bekerja, kecuali hanya makan dan tidur karena tidak ada aktivitas yang dikerjakan. Diduga akibat stres sudah 15 orang pengungsi yang sudah bunuh diri.
Kami adalah pengungsi Hazara dari Afghanistan, karena perang, Genosida dan diskriminasi yang terjadi di Afghanistan, kami melarikan diri dari tanah air kami untuk mencari tempat yang damai.
Kami berada di negara Indonesia yang indah bukan untuk mencari tunjangan bulanan, makanan, picnik atau pekerjaan. Tetapi kami mengharap perlindungan.
Demikian dikatakan dua orang pengungsi bernama Raja dan Muhammad, kepada RADARINDO.co.id GROUP KORAN RADAR saat ditemui Jln Imam Bonjol Medan, Senin (22/11/2021) sekira pukul 13. 30 Wib.
“Kami sebagai pengungsi telah berada di Medan selama lebih kurang 9 tahun. Hidup dengan banyak kondisi yang sulit seperti masalah kesehatan fisik, mental dan proses pemukiman yang super lambat dari UNHCR”, ujar Raja dan Muhammad dengan bahasa Indonesia yang terputus -putus.
Lebihjauh lagi, dua dari 500 an orang pengungsi ini menjelaskan, bahwa mereka merasa tersandea oleh UNHCR.
“Kami pengungsi asal Afghanistan 500 an orang seperti telah di sandera oleh UNHCR. Tidak bisa berbuat apa apa, kami bukan burung dalam sangkar,” ujarnya.
Untuk itu, ujarnya lagi, kami akan mengadakan aksi unjuk rasa damai untuk menekan UNHCR supaya mempercepat proses pemulangan kami ke negara asal.
Karena di Afghanistan kami masih mempunyai keluarga yang setiap hari terancam nyawanya oleh keberadaan Taliban dan ISIS di Afghanistan, katanya sedih.
Kedua pengungsi ini pun mengatakan tidak ada niat untuk mengganggu ketenteraman saudara-saudara di Indonesia.
Lebihlanjut dia jelaskan sangat berterima kasih atas kebaikan warga Indonesia selama ini. Terutama warga kota Medan khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya yang telah memberikan bantuan kebutuhan hidup kami.
Para pengungsi juga minta untuk menyikapi permasalahan yang dialami, cetusnya.
Ketika ditanya, siapa yang menanggung biaya makan selama ini. Diakui ditanggung oleh UNHCR sebesar Rp1.200.000 per orang setiap bulan.
“Kami di Indonesia tidak boleh bekerja, kami hanya makan tidur. Itu lah yang kami alami, sangat menyedihkan selama 9 tahun kami alami disini”, cetusnya.
Baca juga : Pembangunan Jalan Rabat Beton Desa Mekarsari Asal Jadi
Pengungsi yang terdiri dari pria dan wanita, terdapat anak-anak dan manula mengakui merasa tertekan. Apalagi anak -anak mereka tidak mendapat pendidikan yang layak.
Pantauan KORAN RADAR GROUP di tempat pengungsian ditemukan beberapa tenda – tenda dan spanduk yang bertuliskan mohon bantuan UNHCR (United Nation High Commissioner for Refugees) sebelum banyak yang mengakhiri hidupnya. Sebab sudah 15 orang para pengungsi bunuh diri.
Terkait permasalahan ini, KORAN RADAR GROUP belum berhasil konfirmasi kepada Kepala Dinas Sosial maupun Humas Pemprov Sumatera Utara. (KRO/RD/NTI)