Jembatan Porsea Menyimpan Nilai Sejarah Kolonial Belanda, Layak Jadi Ikon Pariwisata

1211
Jembatan Porsea Menyimpan Nilai Sejarah Kolonial Belanda, Layak Jadi Ikon Pariwisata
Jembatan Porsea Menyimpan Nilai Sejarah Kolonial Belanda, Layak Jadi Ikon Pariwisata

RADARINDO.co.id – Toba: Adalah jembatan Porsea yang menjadi penghubung menuju Balige dan daerah lainnya yang membelah sungai Asahan. Persisnya di pusat kota Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Konon, bahwa pembangunan jembatan yang dibangun sekitar tahun 1976 memakan waktu sekitar tiga tahun dengan kontraktor yang didatangkan dari Jepang yakni Japan International Coorporation Agency (JICA) dengan rangka baja berkualitas super.

Baca juga : Dilantik Jadi Ketua PWOIN Sumut Periode 2021 – 2026, Rajendra Sitepu Siap Kembangkan Organisasi

Jembatan ini sudah selayaknya untuk menjadi Ikon Kota Porsea, untuk mendukung pengembangan Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Prioritas/Destinasti Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dalam rangka mendorong peningkatan kunjungan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Demikian disampaikan Ketua Umum IPBSI, Rogers Sirait didampingi Dewan Pembina IPBSI Amos Naibaho ST, MM, CRMO, Sabtu (06/11/2021).

“Pembangunan penggantian jembatan Porsea sudah bisa menjadi zgenda Kementerian PUPR Tahun 2022. Ini penting untuk menjadi ‘PR’ guna mendukung DPSP agar meningkatkan kunjungan wisata dan PAD Pemkab”, ujar pria yang biasa disapa Sirait.

Kepada Pemerintah Kabupaten Toba diharapkan bersedia melakukan Sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pembangunan jembatan baru dan kondisi jembatan lama yang sudah tua.

“Agar nantinya masyarakat menerima pembangunan itu, dan bermanfaat untuk kepentingan umum”, ujar pendiri klub sepakbola Global Kings FC.

Semoga Pembangunan Penggantian Jembatan Porsea ini segera terealisasi dan nantinya menjadi Jembatan “Bona Pasogit”.

Hal yang sama disampaikan Ir. Sutan G Manalu, selaku Dewan Penasehat IPBSI, ia mengatakan pembangunan penggantian jembatan Porsea jangan sampai menghilangkan nilai sejarah jembatan tersebut.

“Sebelum dibangun oleh Jepang jembatan tersebut juga pernah dibangun oleh Belanda tahun 1929. Jembatan ini pernah menjadi ajang pertempuran tentara Belanda dan Jepang pada tahun 1942,” ujarnya sembari mengingatkan sejarah.

Pada waktu terjadinya perang dunia ke-II, ujarnya lagi, pertempuran terjadi untuk memperebutkan jembatan Porsea sebagai akses utama di jalur darat untuk masuk dari Utara ke wilayah Tanah Batak dan menuju Sumatra Timur.

“Bagi Kolonial Belanda jembatan ini bersifat strategis karena memudahkan mobilisasi logistik dan tentara ke seluruh daerah Toba, juga memudahkan pergerakan keluar masuk dari Sumatera Timur,” ujarnya menambahkan.

Baca juga : Gerak Cepat PTPN IV Kebun Panai Jaya Adakan Normalisasi Saluran Air Menuju Sungai Barumun

Untuk mengingat sejarah jembatan tersebut sudah dibangun prasasti perang dunia ke-II. Dibawah jembatan Porsea dialiri air yang berasal dari Danau Toba disebut Sungai Asahan yang mengalir sampai ke laut di Asahan yang sudah dimekarkan menjadi Kabupaten Batubara, tambah Tokoh Adat Batak Kaltim ini.

Diwaktu yang sama ditambahkan oleh Amos Naibaho, ST, MM, CRMO, sangat indah jika nantinya jembatan tersebut dibangun dengan ornamen Batak untuk memperindah dan menjadi ikon Toba dan menjadi jembatan kebanggaan masyarakat Sumatera Utara. (KRO/RD/RS)