RADARINDO.co.id – Langkat : Helatan Pemilu pada setiap dekade adalah sebuah proses demokrasi yang sangat mahal. Bahkan, negara harus mengurangi beberapa pos anggaran untuk pembangunan.
Begitu juga halnya dengan Pilkada serentak yang akan dilaksanakan 27 November 2024 yang hanya menyisakan beberapa hari lagi. Langkat, sebuah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi NAD, Deli Serdang, dan Kota Binjai, juga ikut merasakan suhu politik yang kian memanas.
Baca juga: Syah Afandin Buka Turnamen Drumband Kabupaten Langkat
Suhu memanas itu pula yang menjadi kekwatiran dan membangkitkan gairah para milenial terjun langsung menemui warga dan mengambil tempat sebagai “pemain” dan bukan sekedar jadi penonton konser.
Memang, baru pada Pilkada inilah kaum milenial seperti “turun gunung”. Mereka dengan sukarela tanpa tahu apa arah tujuan kedepan, namun meyakini bahwa berniat baik dan dari kebaikan akan lahir beragam kebaikan.
Terlepas dari hiruk pikuk dinamika politik Pilkada Langkat saat ini, justru risau teramat sangat menyengat hidung juga menyesakan dada. Bagaimana tidak, kontestasi yang semestinya menjadi agenda politik dan pesta rakyat sebagai wahana memilih pemimpin yang bisa jadi tauladan tersebut harus tercemar oleh tangan-tangan serta mulut-mulut jahil segelintir orang yang tak bertanggung-jawab dan yang terlalu berambisi meraih kemenangan dalam kontes ini.
Kontes pilkada Langkat ini semestinya adalah sebuah pertarungan dan perjuangan dalam Arena Politik yang bertujuan mulia untuk kemakmuran masyarakat Langkat, sebuah daerah yang berjuluk Negeri Lancang Kuning dan terkenal religi serta penuh persaudaraan.
Namun, akankah julukan tersebut ternoda hanya karena mimpi yang dibawa datang dan para tokoh serta publik Langkat harus rela tercabik-cabik dan harus memfitnah dan jadi korban fitnah hanya karena beda dukungan serta arah politik.
Padahal, kita memahami bahwa sesuatu yang “keluar dari punggung ayam itu telur”, akan sangat bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Namun sesuatu yang keluar dari para tokoh bahkan ulama sekalipun kalau itu kotor maka tetaplah kotoran dan membawa kemudhoratan untuk kehidupan bermasyarakat. Tentu, selain membawa keburukan juga tak pantas menjadi pemimpin ummat.
Hal yang sama juga berlaku bagi para kaum muda, jangan mengaku-akukan diri sebagai tokoh muda yang ingin membangun negeri ini bila ungkapan yang keluar dari mulutnya hanya hasut dan pembusukan.
Perlu kita pahami bahwa yang seperti ini tidak akan mencerminkan tokoh muda dan ingin membangun negeri karena justru membawa para pemuda semakin terperosok kejurang perpecahan semata kedepannya.
Sebagus apapun programnya, sebaik apapun ucapannya dan kalau ingin berbuat yang terbaik untuk Negeri Lancang Kuning ini, maka jauhkan sifat hasut dan pembusukan.
Generasi milenial saat ini butuh pengetahuan politik santun dan pekerti. Dalam momen Pilkada inilah saatnya mereka harus disuguhkan propokatif politik yang positif bukan propokatif yang hasut dan fitnah pembusukan lawan politik karena seluruh masyarakat Langkat tidak butuh sajian yang seperti itu.
Baca juga: Cawabup Nomor Urut 1 Hadiri Syukuran Pelantikan Indra Bakti Jadi DPRD Langkat
Jangan kotori negeri kami, jangan hasut saudara-saudara kami dan jangan jadikan dalil religi sebagai senjata yang mengoyak-ngoyak kepribadian Lancang Kuning.
Kami putra Langkat yang cinta damai, cinta persaudaraan dan cinta kerukunan etnis yang permanen dan bukan baru datang, namun ingin menendang Kebhinekaan yang sudah terjalin ratusan tahun berlalu. Ayo seluruh anak-anak negeri teruskan semangat dan satukan cita negeri ini jangan sampai terkoyak oleh suasana hasut Pilkada.
Kita harus ingat bahwa Bumi Bertuah Lancang Kuning ini milik kita bersama, milik putra dan putri Kabupaten Langkat dan ditangan serta pundak kita masa depan negeri ini. (KRO/RD/Zaid)