Pemko Tanjungbalai Komit Eliminasi Penyakit TBC

RADARINDO.co.id – Tanjungbalai : Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungbalai terus memperkuat komitmennya dalam upaya eliminasi penyakit TBC melalui pendekatan lintas sektor yang lebih terintegrasi.

Baca juga: Dugaan Korupsi Dana BOS dan Uang SPP SMKN 2 Tebing Tinggi Disorot

Hal ini ditegaskan dalam rapat koordinasi Rencana Aksi Daerah (RAD) dalam rangka penguatan komitmen Pemerintah Kota Tanjungbalai menuju eliminasi TBC 2030 yang digelar Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai di Aula Sutrisno Hadi, Kantor Walikota Tanjungbalai, Kamis (19/6/2025).

Walikota Tanjungbalai, Mahyaruddin Salim, didampingi Ketua TP-PKK Ny Mashandayani Mahyaruddin, dan Wakil Walikota, Muhammad Fadly Abdina, serta Staf Ahli I TP-PKK Ny Desi Fadly Abdina, menyampaikan keprihatinan atas tingginya angka kasus TBC secara nasional yang menempatkan Indonesia sebagai negara kasus TBC terbanyak kedua.

Menurut data Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, untuk tahun 2025 situasi penanggulangan TBC di Kota Tanjungbalai, target penemuan kasus TBC 1.095 dengan standar pelayanan minimal (SPM) sebesar 13,41% dan Cakupan Pengobatan (Treatment Coverage) 23,37%.

Meski demikian, Walikota Mahyaruddin menekankan bahwa tantangan terbesar bukanlah soal jumlah kasus yang ditemukan, tetapi memastikan bahwa setiap pasien TBC mendapatkan pengobatan hingga sembuh total.

“Penyakit TBC membutuhkan pengobatan selama enam bulan penuh tanpa henti. Tidak boleh ada yang putus ditengah jalan. Disinilah peran penting tenaga kesehatan, kader motivator, hingga keluarga pasien dalam mendampingi proses pengobatan. Ini bukan tugas yang ringan, butuh pendekatan yang sabar dan persuasif,” ujarnya.

Ia juga mendorong adanya sinkronisasi data antara pemerintah daerah dengan provinsi agar penanganan lebih terarah berdasarkan data riil di lapangan.

Sebelumnya, Plh Kadis Kesehatan, Safrina Yanti Harahap, menjelaskan situasi penanggulangan TBC di Kota Tanjungbalai dilatarbelakangi beberapa factor.

Baca juga: Suami Keluar Kota, Istri Masukan Pria Lain Dibalik Selimutnya

Diantaranya Stigma kepada indeks kasus TBC, kurangnya kesadaran masyarakat oleh karena edukasi yang belum masif, banyak kasus spesialistik pada pasien dengan paduan obat Kategori 1.

Pasien putus berobat dan menolak pengobatan terutama pada kasus TBC Resisten Obat dan saat ini kekurangan tenaga analis lab pada RSUD dr. Tengku Mansyur, Puskesmas Sipori-pori, Puskesmas Teluk Nibung dan Puskesmas Kampung Baru. (KRO/RD/HAM)