RADARINDO.co.id-Medan: Pemilu Pilpres 2024 akan berlangsung pada 14 Februari 2024 kurang lebih masa 2 (dua) tahun lagi. Ada yang menarik pada Pemilu kali ini yang secara pelaksanaannya serentak dengan pemilihan anggota Legislatif dan Pemilihan Kepala Daerah. Pemilu 2024 nanti sampai saat ini masih menimbulkan kontroversi bahkan digugat ke Mahkamah Konstitusi.
PDI Perjuangan partai yang sudah mengantongi tiket Capres 2024 dengan perolehan suara lebih dari 20 % suara sah nasional pada Pemilu 2019 lalu tentu punya kalkulasi politik siapa sosok yang pantas untuk menggantikan Presiden Joko Widodo.
Baca juga : Wong Chun Sen Hadiri Peletakan Batu Pertama Pemugaran Makam Guru Patimpus Sembiring Pelawi
Secara konstitusi tak perlu lagi berkoalisi, namun jika berkoalisi pemerintahan kedepannya akan semakin kuat di parlemen dalam membuat kebijakan dan Undang undang.
Tak ketinggalan sang Ketua DPP Partai PDIP juga Ketua DPR RI masa bakti 2019-2024, Puan Maharani mulai tebar pesona. Berbagai spanduk dan baliho dengan berbagai ukuran menghiasi kawasan di kota-kota ibukota provinsi dan kabupaten di seantero Nusantara. terlebih adanya temuan Dewan Kolonel yang sudah purna tugas dr TNI sebuah gagasan yang diinisiasi kelompoki / faksi di PDIP bentukan dari kader PDIP Trimedya Panjaitan.
Berbeda halnya dengan sosok Ganjar Pranowo yang saat ini sedang menjabat Gubernur Jawa Tengah yang begitu populer dikalangan akar rumput simpatisan dan loyalis PDIP terpaksa harus memenuhi panggilan di kantor DPP PDI-P Jl. Diponegoro Jakarta Pusat pada Senin, 24 Oktober 2024 untuk diberi teguran karena pernyataan “Siap menjadi Capres” pun setali tiga uang sang Ketua DPC PDIP Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo langsung diberikan teguran dan sanksi keras atas dukungannya kepada Ganjar Pranowo.
Mencermati dinamika perpolitikan tanah air, apa yang menjadi sikap dan keputusan DPP PDI Perjuangan terhadap dua kasus yang sama publik menjadi bertanya-tanya, seolah yang lebih tinggi derajatnya tak tersentuh hukum dengan alasan masing-masing bagaimana pula kelak jika dipercaya dan diberi amanah memimpin bangsa dan negara ini, belum apa-apa sudah mempertontonkan supremasi hukum yang tak adil.
Pun dapat kita analisa, apa yang menjadi keputusan DPP PDI Perjuangan adalah sikap ganda, seolah demokratis tapi otoriter. sebuah drama adu kuat sang Banteng yang mampu mengaduk-aduk emosi sang penonton. Jerit pilu, tetes air mata kecewa di satu sisi sementara sisi yang lain tertawa bahagia saat sang jawara unggul melihat Banteng yang lainnya terkulai lemah tak berdaya.
Tapi disisi yang lain, pemberian sanksi kepada Ganjar Pranowo adalah sebagai bentuk alat ukur sejauh mana tingkat elektabilitas masyarakat terhadap GP dengan kata lain dipasangnya Puan Maharani adalah untuk menjadi bumper bagi Ganjar Pranowo.
Gelap dan berkabut siapa sosok sebenarnya sang calon masih samar dan penuh misteri. Keputusan mutlak siapa sosok yang bakal dimajukan adalah keputusan Sang Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri tentunya mendengar masukan dari orang yang paling dipercaya dan kita mampu menduganya secara gamblang tentu Presiden Jokowi yang mampu melihat kinerja orang per orangnya siapa yang kelak menjadi penggantinya.
Drama penuh intrik bak film Bollywood kini sedang dimainkan para politikus di DPP PDI-P, Tinggal penonton menyikapi sajian dibagian akhir bagaimana selanjutnya.
Baca juga : Rekonstruksi Kasus Pembunuhan Yogi Pratama Digelar di Makopolsekta Kota Pinang
Sejarah yang pernah dialami oleh PDI-P tentu akan menjadi pengalaman dan pembelajaran dimana saat pasca Reformas 98 tahun 1999 diadakan Pemilu yang selanjutnya PDIP lupa untuk merawat suara konstituen yang pada akhirnya jatuh pada Pemilu 2004.
Semua sedang berbenah dan berkemas mempersiapkan yang terbaik. Memperluas jaringan dan komunitas, konsep dan program yang bakal ditawarkan kepada konstituen, terlebih perlengkapan amunisi untuk pertempuran di dunia politik.
Mari kita jadikan proses demokrasi menjadi sebuah proses kegembiraan, sebuah proses yang menghadirkan sajian hidangan layaknya sebuah pesta tapi kali ini pestanya adalah pesta demokrasi. Itu yang disajikan itulah yang kita nikmati. (KRO/RD/BUDI)