RADARINDO.co.id – Jakarta : Kepala Bidang Humas Perum Bulog, Tomy Wijaya menanggapi laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengungkap hasil pekerjaan atas Penyertaan Modal Negara (PMN) pada 2015-2016 di 13 Badan Usaha Milik Negara belum bisa dimanfaatkan. Dimana, Perum Bulog menjadi salah satu BUMN yang masuk dalam laporan itu yang menerima sokongan PMN pada 2015.
Baca juga : Usai Dapat PMN Rp 10,49 Triliun, Proyek di 13 BUMN Terhenti
Melansir tempo.co, Perum Bulog disebut menerima PMN yang cukup besar tapi realisasinya rendah. BUMN bidang pangan itu menerima penyertaan modal negara mencapai Rp 2 triliun. Namun, hingga paruh pertama 2022, realisasinya baru 38,67 persen. Kemajuan fisik dari proyek yang disokong negara itu pun baru 38,67 persen.
Dalam catatannya, BPK menemukan hambatan realisasi PMN itu terjadi pada proyek modern rice milling plant (MRMP), corn drying center dan silo jagung, serta gudang modern-distribution center karena kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak. Kendala lainnya adalah keterlambatan pekerjaan kontraktor, perselisihan nilai kontrak, serta tertundanya proyek gudang modern di Surabaya dan Makassar.
Baca juga : Kejagung Periksa 6 Saksi Perkara Pengelolaan Komoditi Emas
“Untuk project MRMP dari 10 unit pembangunan sudah selesai semua 100 persen, 7 lokasi sudah beroperasi, 3 sedang tahap test commisioning dengan target akhir Juli 2023 selesai,” ujar Tomy baru-baru ini. Sementara untuk proyek corn drying center 2 unit pembangunannya sudah 100 persen. Saat ini, menurut Tomy, sedang dalam tahap commissioning semua dengan target selesai pada akhir Juli 2023. Sedangkan proyek gudang modern-distribution center, dari 3 unit sudah selesai pembangunan 100 persen. (KRO/RD/TEM)