Anak Setubuhi Ibu Kandung di Bukittinggi Bikin Geger, Pelaku Positif Narkoba

131

RADARINDO.co.id – Bukittinggi : Kasus seorang pria berusia 28 tahun melakukan hubungan s3ks menyimpang dengan ibu kandungnya di Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) bikin geger. Kasus ini terungkap setelah Walikota Bukittinggi, Erman Safar memaparkan mengenai adanya kasus hubungan badan antara anak dan ibu.

Baca juga : Pengusaha Sawit  Diminta Laporkan Kondisi Perkebunan

“Ada anak yang sekarang sudah berusia 28 tahun, lagi kita karantina. Anak itu sejak SMA sudah berhubungan badan dengan ibunya,” ungkap Erman Safar saat menjadi pembicara pada sosialisasi di Rumah Dinas Walikota, melansir kompas.com, Sabtu (24/6/2023).

Terkait hal itu, Ketua LSM Ganggam Solidaritas IPWL Agam Solid, Sukendra Madra mengatakan, saat ini pemuda yang inces dengan ibu kandungnya tersebut sudah dikarantina. “Karantina sudah berjalan tujuh bulan sejak hari ini, mulai dikarantina karena pihak keluarga melapor. Sebab, anak (pemuda) ini sudah mengancam pakai senjata tajam dan membahayakan,” kata Sukendra.

Sukendra menilai, pemuda itu nekat inses dengan ibunya, disebabkan oleh kecanduan zat adiktif berupa lem dan narkotika. Saat dilakukan pengecekan, pemuda tersebut kata Sukendra, positif narkotika jenis sabu-sabu dan pernah juga konsumsi ganja. Namun, yang paling rutin dipakainya adalah lem.

“Akibat dari zat-zat berbahaya ini, saraf sensorik otaknya kena. Lalu, kehilangan kesadaran sebagai manusia normal. Akibatnya, inses dengan ibu kandung sendiri,” ungkap Sukendra.

Pengakuan dari pemuda itu, Sukendra melanjutkan, telah mengkonsumsi lem sejak masa SMP-sederajat. Kini, usianya telah menginjak 28 tahun. Sementara, inses dengan ibu kandungnya dimulai ketika ia masih SMA.

Baca juga : Usai Dapat PMN Rp 10,49 Triliun, Proyek di 13 BUMN Terhenti

“Sejak masa yang lama itu, tentu saraf otaknya terganggu. Apalagi, lem ini murah dan mudah didapat. Akibat kecanduan sering dipakainya,” tutur Sukendra.

Usai dikarantina, ternyata pemuda tersebut diduga mengalami gangguan kejiwaan. Dugaan itu terungkap saat LSM Ganggam Solidaritas-IPWL Agam Solid melakukan pengecekan kepada pemuda tersebut. “Setelah kami karantina selama tujuh bulan belakang, ada indikasi gangguan jiwa pada anak (pemuda) tersebut. Sebab, telah kami tes menggunakan metode-metode khusus, tampak sensorik otaknya sudah rusak,” kata Sukendra. (KRO/RD/KOMP)